Translate

Kamis, 21 Agustus 2014

Keputusan Penting

Rasa-rasanya baru kemarin gadis kecil berkuncir dua itu berlari-larian di halaman sekolahnya, masih lengkap dengan seragam putih merahnya. Tiba-tiba dengan cepatnya gadis itu sudah harus berganti seragam menjadi putih-biru, kemudian putih abu-abu, kemudian menjadi sangat bangga dengan outfitnya berupa jilbab cukup lebar, baju longgar dan rok berwarna gelap.  Outfit yang mencirikannya sebagai muslimah itu terus ia kenakan hingga kini saat ia sudah bertransformasi menjadi perempuan dewasa berusia 25 tahun.

Gadis itu saat ini sudah merantau jauh dari keluarga dan kampung halamannya. Ia bersyukur, di tempat yang bukan merupakan zona nyamannya ini, ia tetap masih sering dipertemukan dengan sahabat-sahabat lama yang selalu menasehati dalam kebaikan. Seperti beberapa waktu lalu, gadis itu menyempatkan waktu untuk makan dan mengobrol bersama dengan salah seorang sahabatnya di sebuah pusat perbelanjaan. Dari obrolan yang tak lebih dari 2 jam itu, si gadis menemukan satu pelajaran penting. Bahwa semakin bertambah bilangan usia, kita akan semakin banyak dihadapkan dengan pengambilan keputusan penting. Tidak hanya berhubungan dengan diri sendiri dan keluarga, tetapi juga dengan pekerjaan, orang-orang sekitar bahkan masyarakat luas. 

Lalu bagaimana jika kita mengambil keputusan dengan tidak hati-hati? Tentu bisa bisa dibayangkan bagaimana akibatnya. Lalu, bagaimana agar bisa mengambil keputusan dengan tepat? Ikuti kata hati, begitu kata sahabat gadis itu. Hati itu akan berbicara dengan sangat jernih dan benar jika ia dekat dengan Tuhannya. Bagaimana membuat hati menjadi dekat dengan Tuhannya? Perbaiki amalan yaumi, itulah kuncinya. Sudah baikkah sholat wajib kita? Sudahkah sholat wajib kita sempurnakan dengan sholat sunnah? Bagimana qiyamul lail kita? Apakah ia masih sering kalah dengan rasa malas kita? Bagaimana tilawah kita setiap harinya? Saum sunnah?

Semenjak pertemuan dengan sahabatnya itu, si gadis menjadi semakin bersyukur karena Tuhannya masih berbaik hati padanya dengan selalu mengumpulkannya dengan orang-orang yang baik. Semoga hari itu dan seterusnya Tuhan selalu menuntunnya ke tempat-tempat yang diberkahi. Semoga hari terbaik bagi gadis itu adalah hari saat pertemuan dengan Tuhannya, yaitu ketika ia mendapatkan surga tertinggi. Aamiin.

Rabu, 20 Agustus 2014

Kembali ke Ibukota

Kembali ke ibokota berarti kembali mengusahakan yang halal daripada yang haram

Kembali ke ibukota berarti kembali melanjutkan perjalanan mencari kebijaksanan

Kembali ke ibukota berarti kembali menguatkan hati agar semakin berani

Kembali ke ibukota berarti kembali belajar untuk semakin memperbaiki diri

Kembali ke ibukota berarti kembali mencoba mewujudkan mimpi-mimpi masa kecil

Kembali ke ibukota berarti kembali mendidik diri melawan ego pribadi

Kembali ke ibukota berarti kembali menebar senyum dan keceriaan walau kadang hati tidak selalu demikian

Kembali ke ibukota berarti kembali istiqomah dalam ketaatan sembari menanti datangnya teman sejati.

Selasa, 12 Agustus 2014

Selamat Pagi Jakarta

Pagi ini udara Jakarta begitu segar. Mungkin efek gerimis semalaman. Jadi, untuk menghasilkan pagi sesegar ini harus melewati malam yang berselimut gerimis panjang ya? Hmm, mungkin memang seperti itu hukumnya. Pun dalam hidup manusia, hukum seperti itu bisa jadi juga berlaku. Kita hanya akan tersenyum bahagia setelah melewati kejadian-kejadian yang menguras air mata. Bisa jadi demikian.

Tadi malam, sembari menikmati gerimis yang turun sejak sore, ku nyalakan laptopku lalu ku lihat video kajian ustad Salim A.Fillah. Beliau menceritan kisah Hajar bersama bayi merahnya, Ismail yang ditinggalkan oleh Ibrahim di lembah gersang Bakkah. Begini kata Hajar, "Jika ini adalah perintah Allah, maka sekali-kali Ia tidak akan menyia-nyiakan kami". Hajar pun tetap berbaik sangka walaupun keadaan saat itu tidaklah mudah. Selepas kepergian Ibrahim, Hajar berlari-lari dari bukit Shafa ke bukit Marah, mencari dimanakah ada sumber air minum untuk Ismail yang terus-menerus menangis kehausan. Bukan hanya sekali atau dua kali Hajar berlari bolak-balik Shafa-Marwah, melainkan tujuh kali. Hasilnya? Mata air yang ia cari justru muncul dari bawah kaki Ismail. Disebutlah ia mata air Zam-zam, mata air yang hingga saat ini tidak pernah surut. Maha Suci Allah.

Dari cerita Ibunda Ismail ini setidaknya kita bisa mengambil 2 buah pelajaran. Pertama, selalu berbaik sangka kepada semua ketentuan Allah. Berbaik sangka bahwa Allah tidak akan pernah menyia-nyiakan hamba-Nya yang taat. Kedua, manusia itu wajib berusaha semaksimal mungkin. Hasilnya terserah Allah. Bisa jadi, apa yang kita inginkan itu datang dari pintu-pintu yang kita usahakan. Namun, bisa jadi pula ia datang dari pintu yang tidak kita sangka-sangka. Mudah-mudahan ini menjadi pelajaran untuk kita semua.