Translate

Kamis, 31 Mei 2018

Level 11 Hari Ke-9 : Tarbiyah Jinsiyah Sebagai Jalan Keluar Menjaga Fitrah Seksual Anak

Tantangan dalam Menjaga Fitrah Seksualitas
  1. Sex bebas
  2. LGBT
  3. Kekerasan fisik/seksual orang pasangan
  4. Paparan pornografi pada anak
Tarbiyah Jinsiyah Sebagai Solusi
Tarbiyah Jinsiyah adalah pendidikan seks dalam Islam yang mengacu pada pendidikan akhlak dan adab yang berlandaskan keimanan kepada Allah dan sesuai dengan syari'at yang termaktub dalam Quran dan Hadist. Tarbiyah Jinsiyah menurut konsep ini adalah upaya mendidik nafsu syahwat agar sesuai dengan nilai-nilai Islam sehingga ia menjadi nafsu yang dirahmati Allah, dengan tujuan berbentuknya sakinah, mawaddah warahmah dalam sebuah rumah tangga yang mampu mendidik keturunannya untuk menaati perintah Allah sehingga manusia terbebas dari perbuatan zina.

Hal-hal Penting dalam Tarbiyah Jinsiyah
  1. Pendidikan sex dalam Islam mengacu pada pendidikan akhlak dan adab yang berlandaskan kepada keimanan dan syariat Allah.
  2. Saat anak masuk usia aqil baligh, maka kenalkanlah mengenai sanksi zina dan saat akan menikah kenalkan etika kehidupan suami-istri.
  3. Tarbiyah Jinsiyah bertujuan untuk menghambat syahwat seksual dan mengarahkannya hanya di koridor pernikahan. Maka, pada anak kita ajarkan untuk menundukkan pandangan terhadap lawan jenis dan tidak berkhalwat.
  4. Cara penyampaian tarbiyah jinsiyah adalah dengan penjelasan fiqih, memerlukan waktu dan tahapan serta tidak secara vulgar.
  5. Tarbiyah jinsiyah dimulai dari keluarga. Dari keluarga, anak paham apa yang disebut dengan syahwat.
Sumber bacaan :
Laman FB Ustad Fauzil Adim
www.ayahbundabelajar.com
www.mujitrisno.wordpress.com
www.seizeyours.wordpress.com
www.bps.go.id
www.kumparan.com
www.metro.sindonews.com
www.poskotanews.com

#fitrahseksualitas
#learningbyteaching
#bundasayangsesi11
 

 
 

Level 11 Hari Ke-8 : Memaksimalkan Peran Ayah dalam Fitrah Seksualitas

Dalam Islam, ayah adalah imam/pemimpin keluarga yang akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak. Secara rinci peran tersebut dijelaskan dalam beberapa poin berikut:
  1. Qudwah : teladan dan role model yang baik bagi anak.
  2. Murobbiyah : pendidiik yang bisa memberikan pendidikan terbaik
  3. Muajjahan : pengarah yang tahu potensi anak dan mengawasinya ke jalur yang baik.
  4. Nasihah : pemberi nasihat dan arahan
  5. Maroji : rujukan agar anak mau mendengar dan berbicara.
Tantangan saat ini: negeri tanda ayah/ father hunger, artinya,
  1. Ayah enggan mendidik anaknya
  2. Anak tidak merasakan kehadiran dan sentuhan ayah
  3. Ayah hadir secara fisik namun tidak secara psikologis.
Dampak father hunger :
  1. Anak minder, rendah diri dan sulit adaptasi
  2. Kekanak-kanakan, tidak matang secara psikologis
  3. Emosional dan lari dari masalah.
  4. Perilaku seksual menyimpang.
  5. Anak tidak bisa mengambil keputusan.
  6. Peragu dan tidak tegas.
  7. Kesulitan belajar.
  8. Perilaku remaja yang menyimpang.
Solusinya:
  1. Kuatkan pondasi keimanan.
  2. Didik anak dengan aspek aqidah, akhlak, sosial dan jasmani
  3. Ajari anak membaca dan memahami Al-Quran.
  4. Perkuat bonding dengan anak.
  5. Didik anak sesuai gendernya.
  6. Ayah menjadi figur lelaki sejati dan panutan.
Sumber bacaan : 
www.mommee.org/mengenal-fenomena-fatherless/
Artikel FB Ustad Harry Santoso, "Fitrah Seksualitas"
www.mommee.org/kuliah-tematik-sesi-2-ayah-ada-ayah-tiada/
www.bendri.id/negeri-tanpa-ayah.htm
www.youtube/D9wPjTij24

#fitrahseksualitas
#learningbyteaching
#bundasayangsesi11



 

Rabu, 30 Mei 2018

Level 11 Hari Ke-7 : Menutup Aurat

Kelompok 7 memulai presentasi dengan membagikan beberapa cerita yang berkaitan dengan pentingnya mengajarkan tentang aurat kepada anak-anak. Mengajarjan anak-anak untuk menutup aurat adalah salah satu bagian dari pendidikan fitrah seksualitas.

Tantangan saat ini atara lain maraknya kejahatan seksual yang tidak lagi memandang umur anak. Dari data KPAI pada Juli 2016 jumlah kasus anak sebagai korban kekerasan seksual (pemerkosaan, pencabulan, sodomi /pedofilia, dsb) mencapai 120 kasus. Angka tertinggi terjadi tahun 2014 yaitu 656 kasus. Itu yang sudah terdata, bagaimana yang belum?

Upaya yang bisa kita lakukan agar anak-anak kita terhindar dari hal-hal semacam itu antara lain, mengajarkan anak tentang rasa malu jika auratnya terlihat dan mengajarkan anak untuk mengetahui identitas dan peran seksualitas pada dirinya. Secara rinci, kita bisa melakukan hal-hal sebagai berikut:
  1. Sedini mungkin biasakan anak untuk menggunakan pakaian dalam dan pakaian luar.
  2. Jelaskan fungsi berpakaian dan cara berpakaian yang sopan.
  3. Terapkan bahwa pakaian dalam bukanlah pakaian yang digunakan sehari-hari tanpa pakaian luar.
  4. Biasakan anak untuk memakai baju yang tidak mempelihatkan area prbadi/mini.
  5. Ajarkan bahwa tidak semua orang bisa melihat atau membuka baju anak. Hanya ayah, ibu atau pengasuh yang boleh.
  6. Memakaikan pakaian yang sesuai dengan gender.
  7. Biasakan anak untuk menundukkan pandangan dari aurat orang lain kapan pun dan dimana pun
  8. Biasakan anak untuk sholat wajib
 Ada beberapa hal yang tidak boleh kita lakukan :
  1. Berganti baju di depan anak-anak. Lebih baik katakan "permisi" dan meminta mereka keluar sebentar.
  2. Mengganti baju di tempat umum atau di depan orang lain.
  3. Marah saat anak bercerita tentang kejadian yang dialaminya di sekolah.
  4. Maklum dengan ikhtilat (campur baur).
  5. Bercanda dengan memakaikan pakaian anak yang tidak sesuai dengan gendernya.
  6. Menyatukan kamar anak laki-laki dan perempuan.
  7. Anak laki-laki atau perempuan tidur dalam satu selimut dalam satu kasur.
  8. Anak yang sudah disapih melihat area pribadi ibunya.
  9. Anak masuk tanpa izin ke kamar orang tua.
Sumber Bacaan:
Buku Fitrah Based Education
Buku Cara Nabi Mendidik Anak, Ir Muhammad Ibnu Abdul Hafidh Suwaid
Buku Aku Anak yang Berani, Bisa Melindungi Diri Sendiri, Watiek Idao
www.almanhaj.or.id
website KPAI


#fitrahseksualitas
#learningbyteaching
#bundasayangsesi11


 

Selasa, 29 Mei 2018

Level 11 Hari Ke-6 : Menumbuhkan Fitrah Anak Laki-Laki sesuai Tauladan Rasulullah

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Elly Risman dari tahun 2008-2010, studi di 33 provinsi di Indonesia menyatakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara paling "yatim" di dunia. Indonesia berada di peringkat ke-3 dunia sebagai fatherless country setelah Amerika.

Fatherless Country adalah sebuah negeri yang ditandai dengan keadaan atau gejala dari masyarakatnya berupa kecenderungan tidak adanya peran dan keterlibatan figur ayah secara significant dan hangat dalam kehidupan sehari-hari seorang anak di rumah. Peran ayah seharusnya tidak hanya sekedar mencari nafkah tetapi seharusnya juga memberikan waktu dan kasih sayang serta menjadi role model bagi anak untuk belajar tentang ketegasan dan kuat untuk menolak segala hal negatif.

QS. An-Nisa: 34 menjelaskan, "Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita). Kisah hidup Rasulullah memberikan teladan bagi kita bagaimana mendidik anak laki-laki agar menjadi seorang pemimpin.

Usia 0-5 Tahun
Seterilisasi Bahasa
  • Rasul diasuh oleh Halimatus Sa'diyah di Dusun Bani Sa'ad
  • Bahasa Arab di Makkah rusak, Rasul harus belajar bahasa ibu yang fasih
  • Setiap bahasa memiliki nilai dan rasa, maka fokuslah terhadap bahasa ibu
  • Perbaikan bahasa = perbaikan perilaku (Q.S Al Ahzab: 70-72)
Usia 6-9 Tahun
Menggembala Kambing
  • Melatih kesabaran
  • Melatih kepemimpinan dan problem solving (Fath Al Bari 4: 441)
  • Menunjukkan sifat tawadhu'
  • Tidak tergantung pada orang lain
Usia 10-14 Tahun
Belajar Berdagang
  • Bukan buka lapak tapi ekspedisi barang
  • berdagang sekaligus travelling
  • hikmah: mandiri dan punya daya jelajah
  • Rahasia Suku Quraisy: suka travelling (QS. Quraisy: 1)
  • Jangan mengurung anak laki-laki di dalam rumah
  • buat program travelling
Usia 15-20 Tahun
Magang Perang
  • Belajar beladiri
  • Rasul muda siap memasuki dunia orang dewasa melalui proses magang
  • buat program magang dan beladiri untuk anak-anak
Usia 21 Tahun
Aktif Berorganisasi
  • Buat program memilih organisasi yang baik untuk anak
  • Wadah bersosialisasi dan mengasah leadership (Q.S Ash-Shof: 4)
Usia 25 Tahun
Persiapan Menikah
  • Rasulullah menikahi Khadijah
  • Orang tua berhak rewel untuk memilih calon menantunya
  • diskusikan tentang calon menantu jauh-jauh hari
  • menikah= mencari partner kebaikan untuk ciptakan peradaban mulia
Sumber bacaan:
www.majalahayah.com
www.ummuchelia.wordpress.com
www.rumaysho.com



#fitrahseksualitas
#learningbyteaching
#bundasayangsesi11



Level 11 Hari Ke-5 : Pentingkah Membangkitkan Fitrah Seksualitas Anak?

Karena kelas membebaskan peserta untuk memilih sub tema apa saja yang akan dibahas, ada beberapa kelompok yang membahas sub tema yang sama.Walaupun begitu, masing-masing kelompok memiliki keunikan tersendiri dalam membuat media edukasi dan cara penyampaian materi. Di hari ke 5 ini, kelompok 5 mengawali presentasi dengan menyajikan beberapa pertanyaan yang sering ditayakan oleh anak-anak kepada orang tua berkaitan dengan fitrah seksualitasnya. Pertanyaan tersebut antara lain:
  1. Kenapa aku harus bobok sendiri, Ayah?
  2. Kok bunda dapat libur puasa dan sholat dari Allah?
  3. Kenapa aku harus sunat, Bun?
Kitalah sebagai orang tua yang bertanggung jawab untuk memberikan penjelasan kepada anak-anak akan pertanyaan mereka itu. Jika kita tidak memberikan pemahaman fitrah seksualitas pada anak maka peran tersebut akan diambil alih oleh teknologi, lingkungan masyarakat dan lingkungan pergaulan.

Cara menyampaikan pemahaman tentang fitrah seksualitas kepada anak dimulai dari pilihan kata, intonasi, gesture dan waktu yang tepat. Orang tua tidak boleh malas belajar tentang fitrah seksualitas. Orang tua harus menjadi teladan yang baik, mengontrol kegiatan anak, memberikan pembinaan dan memperbanyak aktivitas bersama anak (main bareng dan ngobrol bareng).

Sumber bacaan:

kompasiana.com
Buku Lima Guru Kecilku 1, Kiki Barkiah
Buku Satu Atap Lima Madrasah, Kiki Barkiah
Buku Segenggam Iman Untuk Anak Kita, Fauzil Adhim
Buku Happy Little Soul, Retno Hening
Buku Sehidup Sesurga, Fahd Pahdepi


#fitrahseksualitas
#learningbyteaching
#bundasayangsesi11

Level 11 Hari Ke-4 : Fitrah Seksualitas Pre Aqil Baligh

Sub tema diskusi hari ke-4 masih sama dengan hari ke-3. Perbedaannya, kali ini kelompok 4 mengawali diskusi dengan memberikan artikel yang berisi contoh kasus yang berjudul " Ketika Laki-Laki dan Negara tidak Berfungsi" dan "Bunda, Didiklah Anak Sesuai Fitrahnya". Dari kasus tersebut, dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang berkaitan dengan seksualitas muncul karena sebab-sebab berikut, :
  1. Belum banyaknya informasi mengenai cara mendidik anak terutama berdasarkan fitrahnya.
  2. Kurangnya kesadaran orang tua untuk belajar tentang cara mendidik anak. 
  3. Kondisi masyarakat saat ini yang semakin terbuka dan menyimpang dari fitrah manusia.  

Lalu, bagaimana solusinya?
  1. Anak laki-laki didekatkan ke ayah agar anak memahami peran sosial lelaki dari ayahnya
  2. Anak perempuan didekatkan ke ibu agar anak memahami peran sosial perempuan dari ibunya
Indikator keberhasilannya?
  1. Ayah jadi figur idola anak laki-laki
  2. Ibu jadi figur idola anak perempuan
  3. Anak sadar akan pribadi dirinya sebagai laki-laki atau perempuan dan tau konsekuesnsi atau tanggung jawabnya. 
Beberapa kegiatan yang bisa dilakukan dengan melibatkan anak agar mereka belajar peran sosialnya:
  1. Rapat keluarga
  2. Sholat berjamaah di masjid
  3. Memberi pengertian kenapa ayah bekerja setiap hari  
  4. Memisahkan tempat tidur anak laki-laki dan perempuan
Sumber bacaan:
Buku Fitrah Based Education
www.voa-islam.com

#fitrahseksualitas
#learningbyteaching
#bundasayangsesi11

Senin, 28 Mei 2018

Level 11 Hari Ke-3 : Menumbuhkan Fitrah Seksualitas Pada Anak Usia Pre Aqil Baligh



1.         "Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Islam) sesuai fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. (QS.30:30)
2.         Tahapan Pendidikan Fitrah Seksualitas:

  •  0-2 tahun : Dekatkan anak pada ibunya (ASI)
  •  3-6 tahun : penguatan konsep gender, dekatkan anak pada kedua orang tua
  •  7-10 tahun : dekatkan anak laki-laki dengan ayah, anak perempuan dengan ibu supaya anak memahami peran gender dan sosialnya
  •  11-14 tahun : dekatkan anak laki-laki dengan ibu, anak perempuan dengan ayah supaya anak dapat belajar memahami dan berempati secara langsung terhadap sosok pria maupun wanita terdekatnya
  • Lebih dari 15 tahun : anak sudah menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri

3.         Tantangan Era Milenial

  •  Krisis Identitas, dikarenakan usia aqil dan baligh tidak tumbuh secara bersamaan
  •  Anak berada dalam masa transisi yang biasa disebut remaja yang sudah baligh namun belum aqil, yang sebenarnya ini tidak dikenal dalam Islam.

4.         Solusi
·      Pada anak laki-laki, ayah mengajarkan peran dan aktivitas kelelakian pada kehidupan dan sosialnya, serta menjelaskan mimpi basah, fungsi sperma dan mandi wajib.
·      Pada anak perempuan, ibu mengajarkan peran dan aktivitas keperempuanan pada kehidupan dan sosialnya, serta menjelaskan menstruasi, cara membersihkannya serta mandi wajib.
·      Penguatan tahap Pre Aqil Baligh 2 (akhir) : kedekatan anak dilakukan lintas gender, agar anak laki-laki memahami mendalam lawan jenisnya langsung dari ibunya dan anak perempuan memahami mendalam bagaimana cara pandang lelaki dari kaca mata lelaki (dalam hal ini ayahnya)
·      Orang tua mengajarkan dan membiasakan anak untuk :
Ø Menundukkan pandangan
Ø Menjelaskan dan mengenalkan pada anak mana yang mahram mana yang bukan
Ø Meminta izin terlebih dahulu saat masuk kamar orang tua
Ø Memisahkan tempat tidur anak dengan saudaranya
Ø Menjauhkan dari pergaulan bebas dan internet yang tidak sehat
Ø Melatih anak untuk belajar mandiri secara finansial

Referensi :
Buku Fitrah Based Education
Tulisan Ustad Harry Santoso di FB
diskusi kelompok 3