Translate

Kamis, 11 Oktober 2018

Masjid Agung Al-Falah di Batulicin, Destinasi Wisata Religi yang Menyejukkan Hati

Ketika sedang dalam perjalanan jauh, orang Islam pada umumnya memperhitungkan dimana dan kapan akan menunaikan ibadah sholat wajib. Saya dan keluarga pun demikian. Sebelum keberangkatan, kami biasanya sudah membuat perencanaan tentang dimana akan singgah untuk mengerjakan sholat sembari beristirahat sejenak. 

Ketika pergi ke Batulicin, kota yang berjarak kurang lebih 30 km dari rumah kami, misalnya, kami biasanya sudah merencanakan untuk Sholat Dzuhur di Masjid Agung Al-Falah. Kendati ada banyak masjid yang kami lewati di sepanjang rute kami berbelanja atau berwisata ke Batulicin, sejauh ini preferensi kami masih jatuh pada Masjid Agung Al-Falah. Tentu kami punya beberapa alasan.

Pertama, masjid yang mengadopsi arsitektur Timur Tengah ini sangat bersih dan terawat. Seluruh lantai, dari pelataran masjid hingga tempat wudhu dan toilet pun selalu bersih. Mukena tertata rapi dan bersih. Karpet dalam masjid pun empuk dan bersih. Aneka tanaman seperti pohon kurma, palem, bebungaan dan rerumputan selalu nampak hijau menyegarkan pandangan. 

Kedua, masjid yang mulai dibangun tahun 2014 dan selesai tahun 2016 ini memiliki pelataran yang luas dan teduh sehingga ketika kita membawa anak-anak kecil ke masjid ini, mereka pasti akan senang. Anak-anak biasanya berlarian di pelataran masjid. Di samping pelataran, terhampar kolam ikan koi berwarna-warni. Puas bermain di pelataran masjid, anak-anak pasti akan asyik memandangi ikan-akan yang gemuk menggemaskan itu. 

Kita para orang tua pun bisa ikut duduk santai meregangkan otot kaki sambil menikmati keindahan ikan di kolam dan aneka tanaman yang selalu nampak asri. Sesekali semilir angin berhembus di antara pilar-pilar masjid. Semua ini adalah kombinasi suasana yang menyejukkan hati.

Ketiga, hampir setiap saya datang ke sana, selalu ada anak-anak yang belajar menghafal Alquran bersama seorang ibu muda sebagai gurunya. Pemandangan ini menambah lengkap kedamaian masjid ini. Melihat anak-anak menyetorkan hafalannya kepada Sang Guru, dalam hati saya berdoa semoga Allah memudahkan keluarga saya untuk menghafalkan Alquran.

Maka, persinggahan saya ke masjid Al Falah ini adalah sekaligus sebagai pengisi energi di hati. Ruhani laksana tengah berwisata menikmati keindahan yang sesungguhnya, yaitu keindahan yang mendekatkan jiwa pada Pemilik Nyawa. 










Jumat, 05 Oktober 2018

Wisata Hutan Mangrove Langadai, Kotabaru

Beberapa tahun belakangan ini banyak muncul tempat wisata baru dengan konsep ekowisata. Menurut Situs Wikipedia Indonesia, ekowisata merupakan salah satu kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan pendidikan. Salah satu ekowisata yang ada di daerah kami, Kecamatan Kelumpang Hilir, Kotabaru, adalah Hutan Mangrove Langadai.

Seperti namanya, hutan konservasi mangrove ini terletak di Desa Langadai. Dari Pelabuhan Tarjun, ia berjarak kurang lebih 8 km. Dari Serongga, pusat Kecamatan Kelumpang Hilir, ia berjarak hampir 20 km. Hutan konservasi ini merupakan inisiasi dari PT Indocement Tunggal Prakarsa sebagai wujud program CSR (Corporate Social Responsibility) mereka kepada alam dan masyarakat.

Pagi itu, saya, suami dan anak saya berangkat dari Serongga menuju hutan mangrove tersebut. Jalan yang kami tempuh sebagian besar berupa jalan cor yang kondisinya masih bagus. Memasuki wilayah Desa Langadai, jalanan berganti dengan jalan tanah dan sebagian bebatuan sepanjang sekitar 5 km. Akhirnya sampailah kami di tempat tujuan kami.

Hutan mangrove ini dibelah oleh jalan setapak yang hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki atau mengendarai motor. Tepat di titik pusat hutan dibuat jalan kayu memanjang dan sebagian melingkar. Jika kita mengendarai motor ke hutan ini, motor bisa kita parkirkan di pinggir jalan setapak. Kemudian, kita bisa menikmati suasana hutan mangrove dengan berjalan kaki di jalan kayu.

Tak hanya berkeliling, kita pun bisa duduk santai di jalan kayu tersebut sambil mengamati flora dan fauna yang ada. Jika sedang beruntung, kita bisa melihat langsung bekantan dan beberapa  satwa yang dilindungi di hutan mangrove ini. Satwa lain seperti aneka jenis burung pun sesekali hinggap di antara ranting pohon mangrove. Bebunyian dari berbagai satwa dan sejuknya udara yang jauh dari polusi membuat jiwa dan raga kita menjadi lebih rileks.

Sebagaimana salah satu tujuan ekowisata yaitu sebagai media pendidikan dan pembelajaran, berkunjung ke Hutan Wisata Mangrove Langadai bersama anak-anak adalah sesuatu yang positif. Kita bisa secara langsung memperkenalkan keanekaragaman hayati yang ada di hutan mangrove pada anak-anak kita. Selain itu, kita juga bisa mengajari mereka bagaimana cara merawat dan melestarikan lingkungan sekitar. Bukankah itu adalah hal yang bermanfaat untuk anak-anak kita?

Jangan ragu membawa serta anak-anak berkunjung ke Hutan Wisata Langadai! Tak ada tiket masuk yang dikenakan kepada pengunjung tempat ini. Kita hanya perlu menyiapkan waktu dan kendaraan. Jadi, yuk persiapkan perjalananmu segera!









Kamis, 04 Oktober 2018

Menikmati Sejuknya Udara di Ekowisata Hutan Meranti Kotabaru

Teriknya mentari siang mulai terasa saat kami turun dari kapal ferry di Pelabuhan Stagen, Kotabaru. Kami kemudian melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan kami, Ekowisata Hutan Meranti, yang terletak di Desa Sebelimbingan, Kecamatan Pulau Laut Utara. Dari Pelabuhan Stagen, Ekowisata Hutan Meranti berjarak kurang lebih 4 km dengan kondisi jalan yang beraspal bagus.

Memasuki wilayah Desa Sebelimbingan, jalan mulai menanjak dan agak berkelok-kelok. Jika kita sapukan pandangan mata ke kiri-kanan, mata kita akan menangkap pemandangan perbutikan yang terhampar luas. Semakin menanjak jalan, hawa panas perlahan mulai bertukar dengan hawa sejuk pegunungan. Pepohonan pun semakin banyak kita jumpai. Rumah-rumah penduduk nampak asri karena dihiasi dengan tanaman bebungaan dan pepohonan yang rindang.

Akhirnya, sampailah kami di pintu gerbang Ekowisata Hutan Meranti. Dengan hanya membayar Rp10.000/orang, kita bisa menikmati hutan wisata sepuasnya. Kanopi hutan meranti yang lebat membuat sekitaran pohon meranti menjadi teduh, laksana ternaungi oleh payung-payung raksasa. Udara pun terasa sejuk. Kicauan aneka burung dan nyanyian satwa hutan terdengar syahdu dan menenteramkan jiwa. Rasanya ingin saya berlama-lama menikmati semua ini.

Masih di kawasan hutan wisata ini, jika kita mau berjalan kaki atau berkendara ke puncak bukit sekitar 500 m dari lokasi hutan meranti, kita bisa menikmati pemandangan Kotabaru dari ketinggian. Garis pantai dan daratan Kalimantan pun bisa terlihat jika hari sedang cerah. Jalan menuju ke sana memang beraspal halus, tetapi kita harus berhati-hati karena kemiringan jalan yang cukup tajam dan berkelok. 

Setelah kita sampai di tempat parkir tertinggi, kita lanjutkan dengan mini-tracking menuju puncak bukit. Hanya sekitar 5-10 menit mendaki jalan bebatuan, kita sudah bisa tiba di puncak bukit. Di sana tersedia beberapa balai-balai kayu tempat di mana pengunjung bisa dengan santai menikmati panorama alam yang tersaji sambil menikmati makanan dan minuman bekal perjalanan.

Sekembalinya kita dari puncak bukit, kita bisa singgah ke penangkaran rusa yang terletak di dekat tempat parkir tadi. Jika kita ke sana membawa serta anak-anak kecil kita, kita bisa mengajak mereka memberi makan rusa secara langsung. Kita tidak diizinkan memberi makan rusa dengan makanan yang kita bawa karena dikhawatirkan makanan tersebut bisa menyebabkan masalah pencernakan bagi rusa-rusa itu. Dengan cukup merogoh kocek Rp5000, kita bisa membeli beberapa potong wortel dari petugas.

Mulai tahun 2018 ini, lokasi penangkaran rusa ini mempunyai warga baru yaitu sekelompok kelinci dan buruk merpati. Warga baru ini menambah semarak suasana. Seperti halnya pada rusa, kita juga bisa memberi makan kelinci dan burung merpati secara langsung dengan cara membeli pakan dari petugas. Anak-anak selalu senang dengan aktivitas semacam ini. 

Sudah dua kali saya mengunjungi Ekowisata Hutan Meranti Kotabaru ini yaitu pada pertengahan tahun 2017 dan tahun 2018. Saya selalu senang berkunjung ke sana dan selalu ingin ke sana lagi.
hutan meranti

berjalan di bawah meranti
memberi makan rusa


panorama Kotabaru dari puncak bukit

bersama kawanan kelinci

ada banyak kelinci dan burung merpati

lokasi pemeliharaan kelinci dan burung merpati




Rabu, 03 Oktober 2018

Danau Biru, Secuil Pesona Surgawi di Ujung Tenggara Kalimantan

Hari itu, saya sekeluarga dan beberapa teman kantor suami saya menghadiri acara resepsi pernikahan di Desa Bungkukan, Kecamatan Kelumpang Barat, Kabupaten Kotabaru Kalsel. Dari tempat tinggal kami di Kecamatan Kelumpang Hilir, desa ini berjarak kurang lebih 50 km. Kami menempuh perjalanan ini dengan mobil milik senior suami saya di kantor.

Bagi saya yang kala itu baru satu bulan datang dari Jakarta lalu menjadi warga Kelumpang Hilir, perjalanan kali ini adalah perjalanan yang saya nanti-nantikan. Untuk pertama kalinya saya akan melintasi dua kecamatan sekaligus yaitu Kelumpang Hulu dan Kelumpang Barat. Tak sabar rasanya hati ini ingin segera menikmati perjalanan.

Jam 10.00 pagi kami berangkat dari rumah. Pemandangan kanan-kiri didominasi oleh perkebunan sawit. Sebagian kecil diselingi dengan perkebunan karet. Di kejauhan nampak rangkaian Pegunungan Meratus membentang, berkelok-kelok, bak sekumpulan naga raksasa yang tengah nyenyak tertidur. 

Memasuki wilayah Kecamatan Kelumpang Hulu, pemandangan berganti dengan barisan bukit kapur yang berdiri kokoh. Semakin jauh perjalanan, semakin beraneka bentuk bukit kapur terhampar di depan mata. Bederet-deret hingga tak nampak mana ujung, mana pangkalnya. Pepohonan tumbuh hijau subur menyelimuti punggung bukit-bukit itu. Sungguh panorama yang begitu indah! Hati saya riang bukan kepalang.

Hati saya bertambah riang saat senior suami saya berkata bahwa kami nanti akan mampir berwisata di Danau Biru, masih di Kecamatan Kelumpang Barat, setelah menghadiri hajatan. Kabarnya, meski tak seberapa luas, danau ini memiliki air yang memancarkan warna biru indah. Tanpa dikomando, kepala ini mulai sibuk membayangkan seperti apa keindahan Danau Biru itu.

Selesai bertandang ke hajatan, kami menuju Desa Siayu, desa dimana Danau Biru berada. Dari jalan raya, kami menyusuri jarak kira-kira 1 km berupa jalan desa yang belum beraspal, perkebunan sawit dan sebagian sisi hutan. Tak jauh dari Balai Desa Siayu, sampailah kami di Danau Biru. Permukaan danau sebening kaca langsung memukau mata saya. Cantik sekali!

Kami pun segera menuju pinggiran danau dan merasai jernihnya air yang terhampar. Saking jernih airnya, dasar danau terlihat jelas. Lumut dan aneka flora air melambai-lambai dari dasar danau. Ikan-ikan kecil menari-nari, meliuk-liuk menambah cantik pesona bawah air danau. Warna biru langit siang terpantul di permukaan danau sehingga membuat danau nampak berwarna biru sempurna. Maka tak heran jika kemudian warga lokal menamai danau ini sebagai Danau Biru.

Saya tidak tau pasti berapa kedalaman danau ini. Beberapa anak berenang dengan bantuan ban hingga ke tengah danau. Seorang dewasa juga ikut berenang siang itu. Saat ia mencoba berdiri dari dasar tengah danau, ternyata kedalaman danau melebihi tinggi badannya.

Puas bermain air danau, bolehlah kita singgah sejenak ke warung-warung warga lokal. Ada beberapa makanan yang dijajakan seperti gorengan, mie instan siap saji, kopi, air mineral botol, dst. Harganya standar, tidak sangat mahal, tidak juga sangat murah. Di bawah pepohonan rindang, kita bisa mencicipi makanan tersebut sembari memandangi Danau Biru yang jernih mendamaikan hati. Kita kenyang, penjual pun senang.

Keindahan yang memanjakan mata ini ternyata belum dikelola dengan baik. Jika tempat-tempat semacam ini dikelola dengan baik lalu dipromosikan dengan apik, tentu akan banyak pelancong berdatangan, tak hanya pelancong lokal, tetapi juga dari pulau luar. Semoga kedepannya semua menjadi lebih baik ya! Secara pribadi, insya Allah saya akan terus menulis potensi wisata lokal agar para traveller semakin banyak mengunjunginya sehingga bisa ikut menggerakkan perekonomian masyarakat lokal.