Translate

Rabu, 27 Juli 2011

Anak Kecil Pun Berhak Protes



Hari Selasa lalu aku tak sengaja mendengar pembicaraan murid les privatku dan  seorang temannya. Saat itu, ibunya yang baru saja pulang kerja cepat-cepat pergi lagi karena kesibukan beliau sebagai dosen sekaligus sebagai dokter. Hampir semua waktu beliau dihabiskan di kampus dan rumah sakit. Pun ketika libur, terkadang juga masih harus menghadiri berbagai kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan beliau.

“Seperti kataku kemarin kan?”, gadis lucu berusia 9 tahun itu meminta persetujuan  temannya.
“kata yang mana?”, tanya si teman.
“itu lho, yang kemarin itu.”. 
“Yang mana sih?”. 
Lalu ia berkata dengan sedikit kesal, “Orang tua kalau pulang kerja cuma sebentar terus balik lagi”. 
si teman hanya diam tanda setuju.

Mendengar kata2 gadis kecil itu, hatiku seakan teriris. Seorang anak berusia Sembilan tahun sudah bisa mengungkapkan perasaan kecewa terhadap orang tuanya. 

Kamis, 07 Juli 2011

Dia, Yang Menginspirasi


          Kira-kira baru setahun kami berteman. Ya, bulan ini tepat setahun pertemanan kami berlangsung. Kami pertama kali kenal beberapa saat sebelum kami mengikuti KKN di kaki Rinjani, Lombok Timur Juli-Agustus tahun lalu.
Sebelum KKN kelompok kami sempat beberapa kali mengadakan rapat persiapan. Waktu itu ia selalu datang bersama dua orang temannya, Russel dan Ivan. Ia dan Russel tidak terlalu tinggi. Mereka memakai jilbab gaya anak muda sekarang, memakai celana jeans dan kaos panjang. Sedangkan Ivan, terlihat sedikit sangar. Rambutnya keriting panjang dan bertato di lengan tangannya. Ketika itu aku pernah membatin, “kelihatannya mereka itu orang-orang yang eksklusif, susah diajak berteman”.
Waktu terus berjalan. Ternyata dugaanku di awal itu salah  besar. Mereka adalah orang-orang yang hangat dan hebat, terlebih lagi dia. Dua bulan kami tinggal satu atap selama KKN membuatku tahu cukup banyak tentang dia.
Dia memang kurang pintar memasak dan mengerjakan pekerjaan rumah. Akan tetapi, dia sangat pintar membuat dan menjalankan program kegiatan. Dia jugalah yang mempunyai ide membuat perpustakaan di sekolah-sekolah dimana kami KKN. Tak setengah-setengah ia jalankan program ini. Berbagai cara ia lakukan untuk mengumpulkan buku dan dana dari berbagai pihak hingga akhirnya berhasil membuat 6 perpustakaan di 6 sekolah di lereng gunung Rinjani.
Sepulang KKN ternyata pertemanan kami tidak terputus. Beberapa kali sempat kami berkumpul bersama semua anggota KKN 171 Lombok Timur. Dari pertemuan-pertemuan itu muncullah ide untuk membuat sebuah komunitas yang menyatukan kami. Harapannya, melalui komunitas ini kami tidak hanya sekedar kumpul-kumpul saja tetapi ingin menghasilkan manfaat untuk masyarakat. Singkat kata, lahirlah sebuah komunitas bernama BOOK FOR MOUNTAIN, sebuah komunitas yang berisikan orang-orang yang mencintai buku dan ingin anak-anak di seluruh pelosok tanah air juga mencintai buku.
Melalui komunitas inilah pertemanan kami semakin erat. Semua program kami jalankan bersama-sama, dari sekolah darurat Merapi, membuat perpus di Keningar (Magelang), Ngadirejo (Bromo) dan Ponre-Ponre (Bone). Rencananya bulan ini kami akan mengadakan program di Pulau Sebesi, Lampung. Tangal 9 kami insyaAllah akan berangkat. Tapi ternyata Allah sepertinya memberinya rencana yang lebih indah. Pagi ini ia harus berangkat ke Singapura untuk wawancara kerja. Kemungkinan dia juga akan tinggal beberapa lama di negara itu.
Pagi ini, setelah subuh ia memintaku datang ke kosnya. Ada beberapa buku BFM yang harus aku ambil sebelum ia pergi. Ia juga menitipkan 3 buah buku yang harus aku kirimkan untuk Nazam, anak pintar dari desa Bebidas, tempat kami KKN. Ia secara berkala memang mengirimkan buku untuk anak pintar itu. Pagi ini, saat ia harus buru-buru menyiapkan perjalanannya ke Singapura, ia masih memikirkan Nazam. Ia mengirim sms untukku, “mbak, titip Nazam ya. Dia suka nelpon gitu curhat. Tak titip buku kirim ke dia yaa..”. Aku terharu saat membaca sms itu.
Banyak cerita hebat tentangnya. Aku sering menceritakannya secara lisan kepada teman-temanku. Kenapa? Karena aku merasa sudah sangat banyak belajar darinya dan aku ingin teman-temanku juga mengambil pelajaran darinya, Niniek Febriany..
Terima kasih mbak Niniek. . Semoga Allah memberimu rizki yang barokah ya.. Nazam si anak Lombok, Akas dan Karcok si anak Tengger menunggumu..

Rabu, 06 Juli 2011

Sore Hari di Pantai Kwaru

Tanggal 5 Juni 2011 menjadi tanggal yang akan slalu kuingat... hari itu untuk pertama kalinya aku melihat pantai di selatan Jogja. Kesempatan itu berkali-kali datang, tapi hingga 4 tahun aku tinggal di Jogja baru kemarin Allah mengizinkannku melihat pantai selatan Jogja. Jadi, aku merasa sangat senang. Hari yang kunantikan akhirnya datang... Terima kasih kuucapkan untuk Tami, sahabat terbaikku yang telah merencanakan perjalanan ini untukku.

 Hari itu semakin istimewa karena aku pergi ke sana tidak sendiri. Awalnya aku hanya akan pergi berdua dengan Tami. Akan tetapi, kemudian aku ajak mahasiswaku, Saveeyah dari Thailand. Lalu dia ajak teman-temannya dari Thailand. Kuajak juga beberapa temanku dari Myanmar. Jadilah kami pergi bersembilan... sangat senaaaaaaaaang....!

Kami nikmati udara sore pantai yang sejuk.. Kebetulan saat itu angin berhembus cukup kencang dan ombak cukup tinggi.. Kami bermain pasir pantai, bermain ombak, lomba lari, berfoto bersama dan berjalan-jalan menyusuri bibir pantai hingga mentari hampir tenggelam... . Setelah puas bermain, kami menikmati es kelapa muda yang segar... Lalu, sebelum pulang kami tunaikan sholat maghrib berjamaah.. Akhirnya kami pulang membawa kenangan yang indah..