Masa pelatihanku sudah cukup 7 minggu. Besok Sabtu kami
akan berangkat ke medan laga kami masing-masing. Banyak hal terjadi selama 7
minggu berinteraksi bersama teman-teman baru. Aku sangat bersyukur bisa
mendapatkan anugerah seindah ini.
Banyak teman-teman hebat aku temui di sini. Pak Anies
menyebut mereka sebagai putra-putra terbaik bangsa. Sedikit berlebihan mungkin,
tapi tak bisa dipungkiri mereka memang orang-orang yang sarat dengan prestasi
dan kreatifitas. Sekali lagi aku bersyukur.
Sungguh aku mendapatkan banyak sekali pelajaran dari
sini. Materi pelatihan di sini sudah direncanakan dengan sangat sistematis
sehingga kami bisa paham dengan runtut. Di pekan awal, kami dilatih mental dan
disiplin di pusat pendidikan KOPASSUS di Batu Jajar Bandung. Dan aku sangat
bangga karena dilatih oleh guru-guru militer yang sudah berkunjung ke berbagai
negara untuk memenuhi tugas negara. Dan dari sana aku tau bahwa Kopassus adalah
kesatuan terbaik no 3 di dunia, setelah Israel dan Inggris. Sebelumnya aku
sangat awam tentang TNI terlebih lagi kopassus. Tapi sekarang aku tahu tentang
bagaimana kerasnya mereka berlatih, bagaimana mereka rela mengorbankan jiwa
mereka demi tanah air. Aku menjadi bangga dengan mereka.
Di pekan ke dua, kami mulai
tinggal di asrama Indosat Training Center,
Purwakarta. Lokasi asrama itu tepat berada di dekat waduk Jatiluhur, waduk
terbesar di pulau Jawa. Karena asrama kami berada di atas bukit, kami setiap
hari bisa menikmati kecantikan pemandangan Jatiluhur dari ketinggian.
Benar-benar luar biasa cantiknya..
Di pekan kedua ini kami mulai berkenalan dengan dunia
pedagogis. Materi pertama dibuka oleh Pak Munif Chatip yang mengenalkan
paradigma baru mengajar dengan hati. Dari sini kami mendapatkan pemahaman bahwa
setiap anak anak adalah juara dan masing-masing punya kecerdasan mereka
sendiri. Di pekan ini pula kami belajar tentang Brain Based Learning dan Brain
Based Teaching bersama Bobby Hartanto.
Di pekan ketiga kami belajar tentang metode konstruktivisme,
sebuah metode pembelajaran yang mengibaratkan siswa bukan sebagai gelas kosong
yang harus diisi melainkan gelas yang sudah berisi namun belum maksimal. Dan
tugas guru adalah memfasilitasi mereka untuk membangun pemahanan berdasarkan
modal pemahaman yang mereka miliki. Ini adalah ilmu yang benar-benar baru bagiku yang notabene bukan jebolan dari universitas pendidikan. Tapi alhamdulillah sejauh ini aku cukup mudah untuk memahami dan menikmati sesi demi sesi tersebut.
Selanjutnya, kami diajari tentang hal-hal teknis untuk
menyusun RPP dan Silabus yang langsung kami aplikasikan di pekan micro teaching. Praktik di micro
teaching ternyata belum cukup, di pekan selanjutnya kami praktik mengajar
langsung di beberapa SD di sekitar asrama kami di Jatiluhur Purwakarta. Yah,
hampir mirip-mirip PPL. Dari sini kami belajar banyak hal tentang perencanaan pembelajaran dan pengelolaan
kelas.
Di sela-sela materi pelatihan itu, setiap pekan ada semacam forum leadership dimana kami berkesempatan bertemu dengan orang-orang hebat yang berhasil di bidang mereka masing-masing. Ibu Kiswanti (pembuat perpustakaan sepeda berkeliling) dan rumah baca Sahaja (pernh masuk di Kick Andy), CEO Cevron (Hamid Batubara), petinggi Indosat (Indra Atmanto) dan Bank Mandiri(Pahala N Mansury), Ami Atmanto (designer), Bu Siska SD Batutis serta A Fuadi, penulis “Negeri 5 Menara”, Abah Iwan Abdurrahman (penulis lagu Burung Camar dan lagu-lagu Bimbo), Desi Anwar (News Anchor Metro TV), berkunjung ke rumah Arifin Panigoro (Pemilik Medco Energi), Pak Emil Salim dan masih banyak yang lainnya. Dan dari mereka aku menarik satu kata kunci, yaitu ketulusan. Mereka bisa sampai di posisi sekarang ini karena mereka bukan bekerja untuk diri sendiri melainkan untuk berbagi. Dan ketulusan mereka berbagi itu jelas tergambar dari raut muka mereka. Mudah-mudahan kita senantiasa tulus berbagi.
Forum-forum itulah yang selalu memompa semangat kami di tengah rutinitas peatihan yang tiap hari dimulai jam 5.30 (olah raga n lari pagi) dan ditutup dengan materi terakhir jam 21.00 malam.
Di pekan terakhir, materi ditutup dengan kegiatan survival di Situ Lembang Bandung, sebuah
situ di kaki gunung Tangkuban Perahu. Di sana pemandangannya sangat indah
karena perpaduan 3 keindahan yang pas yaitu gunung Tangkuban Perahu, situ
(danau) dan hutan. Dari sana langit terlihat biru cerah dan tampak dekat karena
lokasi itu yang memang berada di pegunungan. Aku bahagia bukan hanya karena lokasi yang begitu indah itu melainkan juga karena Situ Lembang sudah melahirkan tokoh-tokoh hebat di negeri ini.
Alhamdulillah aku aku bisa survive tinggal beratapkan tenda bivak
di hutan yang gelap, dingin (karena 2 malam diguyur hujan), makanan dan air pun
minim. Itu adalah pengalaman yang luar biasa bagiku.
Kegiatan survival berakhir pada hari Minggu, 10 Juni jam
2.00 dini hari. Saat itulah kami secara resmi dilantik oleh Pak Anies sebagai
Pengajar Muda. Rasa dingin yang menusuk tulang terkalahkan oleh rasa haru yang
luar biasa karena akhirnya kami bisa melewati masa 7 minggu pelatihan yang
super padat. Aku pun menangis haru malam
itu. Alhamdulillahirrabil 'alamin.
Tak
terasa, dua bulan masa pelatihan sudah berlalu. Sabtu, 16 Juni ini aku sudah
akan sampai di medan perjuanganku. Semoga Allah menguatkan langkah kami, para Pengajar Muda angkatan 4.