Ini malam hari, hampir jam 10.00. Kasur dan bantal sudah memanggil-manggilku. Hap, segera saja aku melompat ke atas kasur dan memeluk guling. Beberapa saat kemudian, aku nyaris terlelap. Tiba-tiba, aku menyadari sesuatu. Malam ini sepi sekali, hanya ada suara kipas angin berdesing-desing. Ah, biasanya jam segini tetangga kosku masih ramai mengobrol. Kenapa kali ini sepi sekali ya? Rasa kantukku pun tiba-tiba menghilang.
Aku membolak-balikkan badan mencari posisi ternyaman untuk kembali mendapatkan rasa kantukku. Tetap saja tidak bisa. Padahal tidak biasanya ini terjadi. Sejak dulu kala aku terkenal sebagai "putri tidur" yang mudah sekali mengantuk dan segera terlelap dimanapun dan kapanpun.
Ingatanku sejenak melayang ke masa kecilku. Dulu, sebelum aku tidur, ibuku selalu membelai-belai rambutku sambil menyanyikan lagi-lagu Jawa yang bernada lambat sehingga sangat cocok sebagai pengantarku ke alam mimpi. Ada satu lagu yang menjadi favoritku. Aku tidak tau apa judulnya karena ibuku tidak pernah memberi tahu padaku semua judul lagu yang beliau nyanyikan untukku. (Parahnya, aku pun tidak pernah tanya tentang ini, hehe..)
Ketika tetiba lagu ini terlintas di kepala, segera saja ku buka laptopku dan berniat menuliskan lagu itu di blog pribadiku. Menurutku, ini lagu yang sangat bagus dan kaya makna. Jadi, sayang sekali kalau tidak diikat dalam bentuk tulisan. Begini lagunya,
(Tanpa Judul)
Gusti Allah iku siji
ora ana kang madani
tanpa putra lan pinutra
tanpa garwa, tanpa kanca
paring udan migunani
kanggo nukulake bumi
langit bumi sak isine
kaya mbulan lan srengenge
Artinya:
Allah itu satu (Esa)
tidak ada yang menyamai
tidak beranak dan tidak diperanakkan
tidak punya istri/suami, tidak punya teman
Memberi hujan yang berguna
untuk menumbuhkan bumi
langit, bumi dan isinya
seperti bulan dan matahari
Tanpa ku sadari, lagu sederhana ini telah mengajariku tentang konsep ketuhanan. Bagi anak kecil sepertiku (mungkin juga anak-anak yang lain), memahami eksistensi Tuhan bukanlah perkara yang mudah. "Allah itu satu ya? Tidak ada temannya? Allah itu laki-laki atau perempuan? Allah itu punya anak atau tidak? Jadi, yang menurunkan hujan itu Allah ya?" pertanyaan-pertanyaan semacam itu terus memenuhi otakku. Sesekali ku tanyakan pada ibuku. Namun jawaban-jawaban ibu hanya bisa memuaskanku sesaat. Besok atau lusa atau lain hari ketika aku menemukan hal-hal baru yang berhubungan dengan Tuhan, aku pun kembali bertanya pada Ibuku.
Untungnya, ibu tidak pernah tidak menjawab pertanyaanku walaupun terkadang beliau harus menjawab dengan nada sedikit kesal, hehe. Lagu itu juga terus-menerus ibu nyanyikan hampir setiap malam menjelang aku tidur. Lama-lama, pemahanan terntang Allah pun terkonstruksi dalam otakku. Allah itu Esa, Dita! Allah itu tidak beranak dan tidak diperanakkan, Dita! Allah itu berkuasa atas segala sesuatu, Dita!
Alhamdulillah, aku paham. Ashadualla illaha illallah wa ashaduanna muhammadurrasulullah. Semoga, aku bisa tetap berada di jalan Iman dan Islam ini sampai maut datang menghadang. Aamiin ya Rabb!
Aku membolak-balikkan badan mencari posisi ternyaman untuk kembali mendapatkan rasa kantukku. Tetap saja tidak bisa. Padahal tidak biasanya ini terjadi. Sejak dulu kala aku terkenal sebagai "putri tidur" yang mudah sekali mengantuk dan segera terlelap dimanapun dan kapanpun.
Ingatanku sejenak melayang ke masa kecilku. Dulu, sebelum aku tidur, ibuku selalu membelai-belai rambutku sambil menyanyikan lagi-lagu Jawa yang bernada lambat sehingga sangat cocok sebagai pengantarku ke alam mimpi. Ada satu lagu yang menjadi favoritku. Aku tidak tau apa judulnya karena ibuku tidak pernah memberi tahu padaku semua judul lagu yang beliau nyanyikan untukku. (Parahnya, aku pun tidak pernah tanya tentang ini, hehe..)
Ketika tetiba lagu ini terlintas di kepala, segera saja ku buka laptopku dan berniat menuliskan lagu itu di blog pribadiku. Menurutku, ini lagu yang sangat bagus dan kaya makna. Jadi, sayang sekali kalau tidak diikat dalam bentuk tulisan. Begini lagunya,
(Tanpa Judul)
Gusti Allah iku siji
ora ana kang madani
tanpa putra lan pinutra
tanpa garwa, tanpa kanca
paring udan migunani
kanggo nukulake bumi
langit bumi sak isine
kaya mbulan lan srengenge
Artinya:
Allah itu satu (Esa)
tidak ada yang menyamai
tidak beranak dan tidak diperanakkan
tidak punya istri/suami, tidak punya teman
Memberi hujan yang berguna
untuk menumbuhkan bumi
langit, bumi dan isinya
seperti bulan dan matahari
Tanpa ku sadari, lagu sederhana ini telah mengajariku tentang konsep ketuhanan. Bagi anak kecil sepertiku (mungkin juga anak-anak yang lain), memahami eksistensi Tuhan bukanlah perkara yang mudah. "Allah itu satu ya? Tidak ada temannya? Allah itu laki-laki atau perempuan? Allah itu punya anak atau tidak? Jadi, yang menurunkan hujan itu Allah ya?" pertanyaan-pertanyaan semacam itu terus memenuhi otakku. Sesekali ku tanyakan pada ibuku. Namun jawaban-jawaban ibu hanya bisa memuaskanku sesaat. Besok atau lusa atau lain hari ketika aku menemukan hal-hal baru yang berhubungan dengan Tuhan, aku pun kembali bertanya pada Ibuku.
Untungnya, ibu tidak pernah tidak menjawab pertanyaanku walaupun terkadang beliau harus menjawab dengan nada sedikit kesal, hehe. Lagu itu juga terus-menerus ibu nyanyikan hampir setiap malam menjelang aku tidur. Lama-lama, pemahanan terntang Allah pun terkonstruksi dalam otakku. Allah itu Esa, Dita! Allah itu tidak beranak dan tidak diperanakkan, Dita! Allah itu berkuasa atas segala sesuatu, Dita!
Alhamdulillah, aku paham. Ashadualla illaha illallah wa ashaduanna muhammadurrasulullah. Semoga, aku bisa tetap berada di jalan Iman dan Islam ini sampai maut datang menghadang. Aamiin ya Rabb!
2 komentar:
lagune apik, mbak :')
Ho'o dek.. Lagu lawas ki malah apik-apik yoo..
Posting Komentar