Iseng saya membaca buku harian yang saya tulis ketika saya masih kuliah. Ternyata, saya merekam cukup banyak kejadian yang saya alami saat itu. Kejadian yang jika saya tidak kembali membaca buku harian itu, mungkin saya sudah sama sekali melupakannya. Dengan membaca tulisan-tulisan di dalam buku harian itu, kejadian-kejadian masa silam seolah hidup kembali di ruang memori saya.
Pada tulisan tertanggal 4 Desember 2010, saya menulis seperti ini,
Di sebuah mushola, ketika menunggu seorang teman. Pagi itu memang beda. Aku yang sudah beberapa kali datang terlambat dalam suatu janji, memutuskan untuk tidak akan membuat temanku menungguku pagi itu. Lima menit duduk sembari membaca terjemahan Al-Quran, tiba-tiba seorang Bapak masuk ke mushola dan tanpa basa-basi bertanya padaku, "Kamu sedang apa?" Ku jawab, "Menunggu teman". Beliau lanjut bertanya Fakultas Apa? Jurusan Apa? Lalu ku jawab singkat. Tanpa respon apapun, Si Bapak melanjutkan langkahnya ke dalam mushola dan sholat dhuha sepertinya.
Sepuluh menit berjalan, teman yang ku tunggu belum juga datang. Aku masih dalam keadaan semula. Si Bapak yang baru saja menyelesaikan sholat keluar dari mushola. Tiba-tiba Si Bapak bilang padaku, "Kamu biasakan ya sholat dhuha! Bagus itu!" Begitu kata beliau tanpa melihat responku. Beliau bergegas meninggalkan mushola. "Oh, iya Pak!", jawabku sedikit terlambat karena masih bingung mengapa Si Bapak tadi berkata begitu padaku.
Beberapa saat ku pikirkan, betapa indahnya cara Allah mengingatkan hamba-Nya. Tanpa kita sadari terkadang nasihat-nasihat seperti itu datang melalui orang yang tidak disangka-sangka.
Membaca tulisan ini, beberapa ide cerita yang sempat melintas di benak, ingin cepat-cepat saya eksekusi menjadi tulisan. Di sekitar saya, amat banyak orang yang kisah hidupnya terlalu sayang jika tidak diabadikan ke dalam tulisan yang bisa dibaca oleh banyak orang. Terlalu banyak serpihan inspirasi yang jika tidak dikumpulan dan dibuatkan etalase, maka hanya akan menjadi serpihan tanpa makna. Karenanya, saya mau terus menulis. Entah sekarang atau di masa mendatang, saya yakin akan ada para pembaca yang mengambil barang secuil atau sejumput hikmah.
***
Tiba-tiba saya teringat dengan salah seorang teman saya yang sekitar dua minggu lalu mengirimi pesan singkat pada saya. Ia menanyakan tentang kegiatan Kelas Inspirasi di Indonesia Mengajar. Di akhir pembicaraan ia mengungkapkan, "Karena aku ingin bisa mengispirasi."
Saya menangkap maksud terdalam teman saya ini. Dalam segala kenyamanan yang ia miliki selama ini, ada satu ruang kosong yang ingin ia isi. Ruang kosong yang jika diisi ia akan merasa hidupnya berarti untuk orang lain.
Saya kemudian berkaca pada diri saya sendiri. Apakah selama ini hidup saya sudah cukup menginspirasi bagi orang-orang sekitar? Sudahkah saya menciptakan makna atas keberadaan saya bagi mereka? Sepertinya memang belum. Maka, dengan menyebarkan kisah-kisah inspiratif dari orang-orang di sekitar melalui tulisan, itu bisa menjadi jalan agar keberadaan saya membawa arti bagi orang lain. Semoga.
sumber gambar: likesuccess.com |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar