Dear teman-teman BFM,
Seharian ini pekerjaan saya di kantor tidak banyak sehingga bisa menyimak obrolan kita di grup Whatshapp kita. Voluntourism, tema kita seharian ini. Adik-adik panitia Voluntourism#4 tampak sangat bekerja keras dalam hal ini. Lalu, hati saya pun tiba-tiba tersentuh setelah mengetahui cerita tentang Eirene, ketua panitia Voluntourism#4 yang saat ini sedang pulang ke kampung halamannya di Nias, Sumatra Utara. Demi bisa berkoordinasi dengan panitia lainnya via media sosial, Eirene harus naik ke bukit tertinggi berburu sinyal. Tentu saja tidak hanya Eirene yang sudah memberikan usaha lebih agar persiapan kegiatan ini berjalan dengan rapih, teman-teman lainnya pun pasti juga demikian.
Kami, generasi tua, memberikan kritik dan masukan kepada kalian, adik-adik panitia. Dan kalian sangat berbesar hati menerima semua kritik kami yang lantas segera ditindaklanjuti dengan aksi yang cepat. Sungguh, kalian keren sekali!
Ingatan saya tetiba kembali ke masa 5 tahun lalu, tepatnya Juli 2010 yaitu saat ide untuk membuat perpustakaan di lokasi KKN kami di Lombok, dicetuskan oleh Mbak Niniek dan Mbak Rusel. Apa mereka mengira ide sederhana itu akhirnya menjadi cikal-bakal terbuntuknya komunitas yang hingga awal 2015 ini terus bekerja untuk anak-anak di pelosok negeri? Tolong Mbak Niniek dan Mbak Rusel jawab ya! Hehee..
Sepulang KKN, kami memulai kegiatan trauma healing di beberapa shelter pengungsian Merapi. Anggota KKN Lombok yang baru saja pulang itu ikut bekerja bakti, memberi apa yang bisa diberikan. Orang bertambah, bantuan berdatangan. Tentu saja, "kami" sudah berkembang menjadi "kita" karena dari sanalah komunitas Book For Mountain terbentuk, komunitas yang tidak lagi hanya milik "kami", tapi "kita".
Kita rasa-rasanya seperti terkena virus "kesukarelawanan". Dari Merapi muncullah ide-ide baik lainnya. Ngadierejo, Ponre-Ponre, Pulau Sebesi, Semeru, Asahan, Bintuni, Nusa Penida, Lebak dsb adalah tempat-tempat yang berurutan kita kunjungi. Ke sana kita antarkan buku-buku terbaik untuk anak-anak. Kita mengajar dan bermain bersama mereka. Mereka gembira, kita pun bahagia.
Selain project perpustakaan, lahirlah 2 ide baik lainnya yaitu Sekolah Berjalan dan Voluntourism. Generasi pun berganti. Ada yang pergi, ada pula yang datang. Akan tetapi semangat kita sama persis, tak berbeda barang satu jengkal pun. Kadang kita harus rapat berjam-jam hingga tak jarang berselisih pendapat. Kita merogoh kocek pribadi untuk membiayai project. Kita berpeluh, melintasi alam yang menantang, tinggal di pondok sekedarnya dan makan seadanya saat berada di lokasi project. Bagi saya, itu adalah hari-hari terbaik dalam hidup saya. Hari-hari terbaik yang terus saya syukuri. Bukan hanya karena pengalamannya, melainkan juga karena kebersamaan dengan kalian.
Energi apa yang menyatukan kita sehingga semua itu bisa kita lewati? Niat baik, mungkin itulah yang akhirnya menggerakan dan menyatukan kita, anak-anak muda dari berbagai latar belakang pendidikan. Kita bergandengan tangan, merapatkan barisan untuk bersama-sama mengupayakan senyum untuk anak-anak Indonesia. Dan sampai hari ini, upaya ini tetap kita jalankan. Apakah ini akan terus kita lanjutkan?
Ah, tiba-tiba hati saya rasanya seperti bercabang-cabang. Cukup, sepertinya saya harus menyukupkan tulisan ini. Semoga, Tuhan selalu menjaga niat kita, menguatkan langkah kita untuk terus bekerja atas nama cinta dan kebaikan.
Selamat bekerja untuk panitia Voluntourism #4!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar