Adakah di dunia ini nama orang yang mengandung unsur arti kata "pelit'? Mungkin tidak ada. Yang ada justru sebaliknya. Banyak kita jumpai nama orang yang mengandung unsur kata "dermawan" (lawan kata "pelit"). Karena nama adalah doa, maka unsur kata "dermawan" atau "darmawan" lebih banyak dipilih oleh para orang tua. Harapannya, anak-anak mereka akan menjadi anak yang gemar berderma, murah hati.
Alih-alih menyematkan unsur arti kata "dermawan" pada nama saya, ibu saya memilih memberi contoh langsung perilaku berderma pada saya sejak saya kecil. Walaupun perekonomian keluarga kami selalu pas-pasan, justru kadang kurang, ibu saya tidak pernah pelit berbagi. Ketika membuat masakan tertentu misalnya, ibu tak lupa berbagi pada para tetangga dan saudara terdekat. Tidak tanggung-tanggung, ibu kadang membagikan setengah dari hasil masakannya. Saat membuat seperiuk bubur mutiara misalnya, setengah periuknya biasanya dibagikan seketika setelah bubur masak. Setengah sisanya baru untuk kami.
Dulu saat saya masih kecil, saya kadang tidak menyukai kebiasaan ibu membagi-bagi makanan ini. Sebabnya adalah saya belum puas memakan masakan ibu itu, ternyata sudah habis dibagi-bagikan. Saya dongkol kalau sudah seperti itu. Selain itu, hal yang juga membuat saya dongkol adalah ibu sering menyuruh saya yang mengantarkan makanan itu ke tetangga padahal saya masih asyik menonton TV. Kenapa sih harus saya yang mengantar?
Entah sejak kapan saya kemudian menyadari apa yang dilakukan oleh ibu saya itu adalah contoh yang baik. Saya berusaha menyontoh semua itu walaupun sampai detik ini kadang masih berat. Ada saja godaaan yang kadang membuat saya urung berderma. Saya berusaha sering-sering mengingat perkataan ibu saya, "Dadi uwong rasah pelit. Bondo mati ora digowo!" (Jadi orang jangan pelit. Harta mati tidak dibawa)
Barangkali sulit menjadi orang yang benar-benar dermawan, tidak mengharapkan balasan apapun selain dari Allah. Semoga kita (terutama saya pribadi) selalu diringankan tangannya untuk berbagi. Juga, semoga Allah SWT menjadikan kita orang yang kaya sehingga semakin banyak harta yang bisa kita dermakan.
Alih-alih menyematkan unsur arti kata "dermawan" pada nama saya, ibu saya memilih memberi contoh langsung perilaku berderma pada saya sejak saya kecil. Walaupun perekonomian keluarga kami selalu pas-pasan, justru kadang kurang, ibu saya tidak pernah pelit berbagi. Ketika membuat masakan tertentu misalnya, ibu tak lupa berbagi pada para tetangga dan saudara terdekat. Tidak tanggung-tanggung, ibu kadang membagikan setengah dari hasil masakannya. Saat membuat seperiuk bubur mutiara misalnya, setengah periuknya biasanya dibagikan seketika setelah bubur masak. Setengah sisanya baru untuk kami.
Dulu saat saya masih kecil, saya kadang tidak menyukai kebiasaan ibu membagi-bagi makanan ini. Sebabnya adalah saya belum puas memakan masakan ibu itu, ternyata sudah habis dibagi-bagikan. Saya dongkol kalau sudah seperti itu. Selain itu, hal yang juga membuat saya dongkol adalah ibu sering menyuruh saya yang mengantarkan makanan itu ke tetangga padahal saya masih asyik menonton TV. Kenapa sih harus saya yang mengantar?
Entah sejak kapan saya kemudian menyadari apa yang dilakukan oleh ibu saya itu adalah contoh yang baik. Saya berusaha menyontoh semua itu walaupun sampai detik ini kadang masih berat. Ada saja godaaan yang kadang membuat saya urung berderma. Saya berusaha sering-sering mengingat perkataan ibu saya, "Dadi uwong rasah pelit. Bondo mati ora digowo!" (Jadi orang jangan pelit. Harta mati tidak dibawa)
Barangkali sulit menjadi orang yang benar-benar dermawan, tidak mengharapkan balasan apapun selain dari Allah. Semoga kita (terutama saya pribadi) selalu diringankan tangannya untuk berbagi. Juga, semoga Allah SWT menjadikan kita orang yang kaya sehingga semakin banyak harta yang bisa kita dermakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar