Saya selalu mendapatkan semangat baru setiap kali menengok anak-anak Bima yang bersekolah di SMP-SMA Smart Ekselensia Dhompet Dhuafa, Bogor. Makanya, kesempatan berkunjung ke tempat itu selalu saya nanti-nantikan. Namun sayangnya, saya tidak bisa sering-sering mengunjungi mereka karena sulitnya mencocokkan jadwal saya, Kak Mutia dan Diah yang sama-sama masih eksis di dunia persilatan masing-masing :-D.
Saat kami datang, tampak beberapa orang-tua yang juga datang untuk menjenguk anak-anak mereka. Anak-anak yang sering mendapat kunjungan itu umumnya anak-anak yang berasal dari daerah Jawa Barat dan sekitarnya. Lain halnya dengan anak-anak yang berasal dari luar Pulau Jawa. Sudah dapat dipastikan anak-anak ini nyaris tak mendapat kunjungan dari keluarga. Alasanya jelas: jarak dan biaya.
Di sela-sela mengobrol dengan delapan anak Bima yang kami kunjungi ini, tiba-tiba saya bertanya, "Selain kami, adakah yang datang ke sini mengunjungi kalian?" Sambil menggeleng, mereka serentak menjawab, "Tidak ada, Ibue." Lalu Dayat menambahkan, "Cuma Baba Awa sama Imam yang pernah dijenguk saudaranya, Ibue." Mendengar jawaban itu, kami cepat-cepat membesarkan hati mereka agar mereka tidak terlampau sedih karena tidak mendapat kunjungan keluarga.
Saya tidak bisa membayangkan jika saya mesti bertukar takdir dengan mereka. Di usia yang masih sangat belia, mereka harus tinggal berjauhan dengan orang tua dan keluarga, bersekolah dengan anak-anak dari suku yang berlainan, makan masakan yang serba berbeda dengan masakan ibu mereka dan hanya bisa pulang ke kampung halaman setahun sekali. Namun, dibalik segala kesulitan yang mereka rasakan itu, mereka selalu menunjukkan wajah ceria dan bersemangat ketika kami datang. Itulah yang membuat saya selalu mendapatkan motivasi baru tiap kali mengunjungi mereka. Mereka saja bisa bersemangat, alangkah malunya jika saya tidak bersemangat.
Semangat mereka tentu tidak datang tiba-tiba. Mereka bisa mengalihkan rasa sedih mereka karena Dompet Dhuafa mengkonsep asrama dan sekolah Smart Ekselensia menjadi tempat yang nyaman dan menyenangkan bagi anak-anak. Asramanya asri dan bersih. Fasilitasnya lengkap: lapangan futsal, perpustakaan, dst. Ekskrakurikulernya bernakena ragam dari olah raga, seni, keilmuan hingga bela diri. Guru-gurunya sangat kreatif dan inspiratif. Penataan kelasnya pun sangat menarik. Itulah faktor-faktor yang menceriakan hari-hari para siswa. Keceriaan itu kemudian menstimulus anak-anak untuk menorehkan prestasi baik di tingkat lokal maupun nasional.
Untuk itu, kami merasa sangat perlu untuk berterima kasih kepada Dompet Dhuafa, terutama para tokoh di balik program pendidikan Smart Ekselensia ini. Semoga semakin banyak anak Indonesia yang merasakan manfaat atas keberadaan program ini.
Saat kami datang, tampak beberapa orang-tua yang juga datang untuk menjenguk anak-anak mereka. Anak-anak yang sering mendapat kunjungan itu umumnya anak-anak yang berasal dari daerah Jawa Barat dan sekitarnya. Lain halnya dengan anak-anak yang berasal dari luar Pulau Jawa. Sudah dapat dipastikan anak-anak ini nyaris tak mendapat kunjungan dari keluarga. Alasanya jelas: jarak dan biaya.
Di sela-sela mengobrol dengan delapan anak Bima yang kami kunjungi ini, tiba-tiba saya bertanya, "Selain kami, adakah yang datang ke sini mengunjungi kalian?" Sambil menggeleng, mereka serentak menjawab, "Tidak ada, Ibue." Lalu Dayat menambahkan, "Cuma Baba Awa sama Imam yang pernah dijenguk saudaranya, Ibue." Mendengar jawaban itu, kami cepat-cepat membesarkan hati mereka agar mereka tidak terlampau sedih karena tidak mendapat kunjungan keluarga.
Saya tidak bisa membayangkan jika saya mesti bertukar takdir dengan mereka. Di usia yang masih sangat belia, mereka harus tinggal berjauhan dengan orang tua dan keluarga, bersekolah dengan anak-anak dari suku yang berlainan, makan masakan yang serba berbeda dengan masakan ibu mereka dan hanya bisa pulang ke kampung halaman setahun sekali. Namun, dibalik segala kesulitan yang mereka rasakan itu, mereka selalu menunjukkan wajah ceria dan bersemangat ketika kami datang. Itulah yang membuat saya selalu mendapatkan motivasi baru tiap kali mengunjungi mereka. Mereka saja bisa bersemangat, alangkah malunya jika saya tidak bersemangat.
Semangat mereka tentu tidak datang tiba-tiba. Mereka bisa mengalihkan rasa sedih mereka karena Dompet Dhuafa mengkonsep asrama dan sekolah Smart Ekselensia menjadi tempat yang nyaman dan menyenangkan bagi anak-anak. Asramanya asri dan bersih. Fasilitasnya lengkap: lapangan futsal, perpustakaan, dst. Ekskrakurikulernya bernakena ragam dari olah raga, seni, keilmuan hingga bela diri. Guru-gurunya sangat kreatif dan inspiratif. Penataan kelasnya pun sangat menarik. Itulah faktor-faktor yang menceriakan hari-hari para siswa. Keceriaan itu kemudian menstimulus anak-anak untuk menorehkan prestasi baik di tingkat lokal maupun nasional.
Untuk itu, kami merasa sangat perlu untuk berterima kasih kepada Dompet Dhuafa, terutama para tokoh di balik program pendidikan Smart Ekselensia ini. Semoga semakin banyak anak Indonesia yang merasakan manfaat atas keberadaan program ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar