Tanggal 10 Oktober lalu Ibuk genap berusia setengah abad. Di keluarga kami, merayakan ulang tahun dan saling memberikan hadiah saat ulang tahun bukanlah hal yang dibudayakan. Ketika ada diantara kami yang berulang tahun, kami cukup memberikan selamat dan merapalkan doa-doa.
Ibuk memang tidak pernah memberikan kado saat saya berulang tahun. Tapi ini bukan berarti Ibuk tidak menyayangi saya. Ibuk barangkali punya cara tersendiri untuk mengungkapkan rasa sayang itu. Jangankan memberikan kado atau hadiah berupa barang, memberikan pujian saja rasanya tak pernah Ibu lakukan.
Tentang prestasi belajar saya misalnya, seingat saya Ibuk tidak pernah sekalipun memuji saya secara langsung. "O, rangking I ya, alhamdulillah", respon Ibuk selalu sesederhana itu. Apapun prestasi saya, Ibu nyaris tak pernah memuji saya. Saya sempat berada pada titik dimana saya sangat butuh pengakuan dari Ibuk.
Pada suatu waktu, secara tidak sengaja, saya mendengar Ibuk membanggakan prestasi saya di depan teman-temannya. Ibu menceritakan bagaimana usaha saya selama sekolah, kuliah hingga setelah lulus kuliah mendapat pekerjaan yang baik. Tentu saya senang mendengar semua itu. Tapi, kenapa selama ini Ibuk tidak pernah mengungkapkan semua itu pada saya? Saya ingin Ibu memuji saya. Saya ingin Ibuk memberikan reward (hadiah) atas prestasi saya.
Dalam teori psikologi pendidikan ada yang namanya sistem reward (hadiah) dan punishment (hukuman). Reward diberikan kepada anak yang berhasil melakukan sesuatu untuk memotivasi anak agar mencapai keberhasilan lainnya. Sistem ini banyak diterapkan dan banyak membawa dampak positif bagi anak-anak.
Lambat laun saya belajar mengambil pelajaran dari sikap Ibuk. Jika saya selalu dipuji dan diberi hadiah setiap saya berhasil meraih sesuatu, bisa jadi saya akan tumbuh menjadi seseorang yang hanya mau melakukan sesuatu jika mendapat reward tertentu. Saya mungkin juga akan menjadi seseorang yang selalu butuh pengakuan dan pujian dari banyak orang atas prestasi saya.
Reward atas prestasi atau hadiah saat ulang tahun sepertinya memang sesekali perlu diberikan. Sesekali, bukan setiap kali. Setidaknya itu adalah wujud ungkapan rasa sayang kita pada orang-orang di sekitar kita. Sebagai kado ulang tahun Ibuk yang ke-50, saya membelikan sebuah HP baru. Semoga melalui hadiah yang sederhana ini Allah semakin menguatkan kasih sayang di antara kami.
Ibuk memang tidak pernah memberikan kado saat saya berulang tahun. Tapi ini bukan berarti Ibuk tidak menyayangi saya. Ibuk barangkali punya cara tersendiri untuk mengungkapkan rasa sayang itu. Jangankan memberikan kado atau hadiah berupa barang, memberikan pujian saja rasanya tak pernah Ibu lakukan.
Tentang prestasi belajar saya misalnya, seingat saya Ibuk tidak pernah sekalipun memuji saya secara langsung. "O, rangking I ya, alhamdulillah", respon Ibuk selalu sesederhana itu. Apapun prestasi saya, Ibu nyaris tak pernah memuji saya. Saya sempat berada pada titik dimana saya sangat butuh pengakuan dari Ibuk.
Pada suatu waktu, secara tidak sengaja, saya mendengar Ibuk membanggakan prestasi saya di depan teman-temannya. Ibu menceritakan bagaimana usaha saya selama sekolah, kuliah hingga setelah lulus kuliah mendapat pekerjaan yang baik. Tentu saya senang mendengar semua itu. Tapi, kenapa selama ini Ibuk tidak pernah mengungkapkan semua itu pada saya? Saya ingin Ibu memuji saya. Saya ingin Ibuk memberikan reward (hadiah) atas prestasi saya.
Dalam teori psikologi pendidikan ada yang namanya sistem reward (hadiah) dan punishment (hukuman). Reward diberikan kepada anak yang berhasil melakukan sesuatu untuk memotivasi anak agar mencapai keberhasilan lainnya. Sistem ini banyak diterapkan dan banyak membawa dampak positif bagi anak-anak.
Lambat laun saya belajar mengambil pelajaran dari sikap Ibuk. Jika saya selalu dipuji dan diberi hadiah setiap saya berhasil meraih sesuatu, bisa jadi saya akan tumbuh menjadi seseorang yang hanya mau melakukan sesuatu jika mendapat reward tertentu. Saya mungkin juga akan menjadi seseorang yang selalu butuh pengakuan dan pujian dari banyak orang atas prestasi saya.
Reward atas prestasi atau hadiah saat ulang tahun sepertinya memang sesekali perlu diberikan. Sesekali, bukan setiap kali. Setidaknya itu adalah wujud ungkapan rasa sayang kita pada orang-orang di sekitar kita. Sebagai kado ulang tahun Ibuk yang ke-50, saya membelikan sebuah HP baru. Semoga melalui hadiah yang sederhana ini Allah semakin menguatkan kasih sayang di antara kami.
2 komentar:
Mbak Dita so sweet banget. :)
Beda dengan ibuku, beliau tipe yang "manjain" banget. Meskipun ibuku notabene membesarkan aku sejak kecil sendirian (karena LDR sama bapak), beliau tipe yang apa-apa ngasih, apa-apa yg diminta anaknya mayoritas dituruti, bahkan yang gak kuminta pun. Haha. Padahal aku biasa-biasa aja, prestasi biasa, di sekolah dan kampus biasa. Tapi, seperti ibu2 lainnya, jelas beliau gak pernah menuntut apa2 dari anaknya.
Kita mungkin memang harus memahami, setiap ibu memiliki ekspresi cinta yang berbeda-beda untuk anaknya. :D
Iya bener dek. Setiap ibu punya bahasa masing-masing untuk menerjemahkan rasa sayangnya pada anak-anak mereka. Semoga kita selalu bisa memahami bahasa itu ya dek. :-)
Posting Komentar