Hari/Tanggal : Senin, 30 November 2015
Jam : 19.30-21.30
Pemateri : KH Abdullah Gymnastiar
Tempat : Masjid Baitul Ihsan Bank Indonesia
Apakah Allah Yang Maha Baik sedang menatap kita? Apakah Allah Yang Maha Agung sedang menyaksikan kita? Yakin? Apakah Dia sedang mendengarkan apapun yang terucap? Apakah Allah tau siapa diri kita yang sesungguhnya? Pasti. Hanya karena Allah menutupi aib kita, kita masih menjadi manusia yang dihargai oleh orang lain.
Mudah-mudahan Allah Yang Maha Baik menggolongkan kita menjadi orang yang sibuk merasa ditatap Allah setiap saat sehingga tidak ada tempat bersembunyi dari perbuatan maksiat. Mudah-mudahan Allah menggolongkan kita menjadi orang yang merasa selalu didengar oleh Allah sehingga kita tidak perlu merekayasa kata-kata agar disukai orang. Semoga kita selalu merasa Allah menemani kita sehingga kita tidak pernah merasa kesepian dimanapun, kapanpun.
Siapapun yang mengenal Allah dengan baik, ia pasti akan sering menangis dan takjub kepada Allah. Dan siapapun yang mengenal Allah dengan baik, mendengar kematian bukan sesuatu yang menakutkan. Tidak ada yang kebetulan di dunia ini, semua terjadi atas izin Allah, termasuk datangnya ajal.
Kecerdasan seseorang itu parameternya adalah seringnya ia mengingat mati dan mempersiapkan bekal untuk kehidupan setelah mati. Kematian itu pasti datang. Allah merahasiakan tiga hal yang berkaitan dengan kematian kita: kapan kita mati, dimana kita mati, dan dengan cara apa kita mati. Bagi kita, yang paling penting adalah bagaimana kita bisa melewati itu dengan khusnul khotimah. Prestasi di dunia ini bukan dicapai dengan pujian dan penghargaan tapi dengan khusnul khotimah.
Kenapa Allah merahasiakan kematian kita?
Jangan Menunda Kewajiban
Salah satu hikmah Allah merahasiakan kematian kita adalah agar kita jangan menunda kewajiban. Jangan sampai mati sebelum kewajiban ditunaikan. Adzan berkumandang, segera sholat karena kata Allah, "assholatu 'ala waqtiha, sholatlah di awal waktu." Alhamdulillah kemarin Aa dipertemukan dengan pemuda Indonesia di Jepang. Pemuda ini selalu menjaga wudhu karena takut tertinggal waktu sholat. Ia sholat di stasiun, di taman dan dimana saja ia berada saat waktu sholat tiba. MasyaAllah!
Jangan Menunda Taubat
Hikmah lainnya adalah jangan menunda taubat. Maksiat kita, yang belum sempat diketahui orang, segera mintakan ampun pada Allah sebelum Allah membuka maksiat itu pada orang banyak. Perbanyak istighfar sambil berdiri, duduk maupun berbaring.
Jangan sampai kita mati di tempat dimana nama-nama Allah tidak pernah disebut, ayat-ayat Allah tidak pernah dibacakan. Jangan anggap remeh mengunjugi tempat-tempat maksiat. Jangan anggap remeh perbuatan maksiat. Hati-hati yang pacaran, jangan sampai mati di jalan saat boncengan dengan pacarnya. Para koruptor, jangan sampai mati sebelum mengembalikan uang yang sudah dikorupsi. Jangan meremehkan maksiat sekecil apapun itu. Bersegeralah pada ampunan Allah.
Jangan Sia-siakan Kebersamaan
Kita berangkat dari rumah, apakah kita yakin akan kembali bertemu dengan keluarga kita? Berangkatlah dalam keadaan tidak marah. Berangkatlah dengan doa yang baik-baik. Dengan orang tua, cium tangannya, mintalah doa. Biasakah kita berpisah dalam kebaikan, berkumpul dalam kebaikan.
Berbaik Sangka
Kita harus selalu berbaik sangka terhadap ketetapan yang Allah tetapkan pada kita, sebagaimana firman Allah, "Anna 'inda dhonni, abdi Bi". Allah sesuai dengan persangkaan hamba-Nya.
Ada sebuah kisah tentang seorang pengawal Raja yang selalu berbaik sangka pada Allah. Suatu hari, saat pergi berburu, Raja diterkam binatang buas dan salah satu jari tangannya buntung digigit binatang itu. Lalu pengawal membunuh binatang buas itu. Pengawal berkata, "Ini takdir yang terbaik bagi paduka." Raja marah karena jarinya buntung. Raja kemudian memerintahkan agar si pengawal tadi dipenjara. Si pengawal menerima hukuman itu dengan ikhlas.
Setelah sembuh, Raja kembali berburu, sendirian. Raja tersesat dan tertangkap oleh suku primitif dan akan dijadikan kurban. Saat akan dikurbankan, anggota badan Raja diperiksa. "Oh, ternyata jari tangan orang ini tidak lengkap, maka tidak sah dijadikan kurban. Kalau begitu lepaskan saja", kata suku primitif itu.
Raja kembali ke istana dan berkesimpulan, "Benar kata pengawalku dulu. Buntungnya jariku ini ternyata memang ada hikmahnya." Raja kemudian membebaskan pengawalnya. Setelah mendengar kisah Sang Raja yang nyaris menjadi kurba suku primitif, Si Pengawal berkata, "Saya bersyukur sudah masuk penjara." Lalu Raja bertanya, "Kenapa kamu tetap bersyukur padahal kamu hidup di penjara?" Jawab Si Pengawal, "Jika saya tidak dipenjara, maka saya akan menemani Baginda berburu. Saat kita tertangkap suku primitif, maka sayalah yang akan dikurbankan karena anggota badan saya lengkap."
Hikmah dari cerita tersebut adalah bahwa apapun yang Allah tetapkan untuk kita, itu sudah merupakan yang terbaik menurut Allah. Ketika kita merasa hidup kita menderita, itu artinya kita kurang mensyukuri ketetapan Allah. Kalau kita fokus pada syukur, maka kepahitan itu menjadi tidak apa-apa. Ketika kita dihina orang misalnya, seharusnya kita tidak perlu sakit hati karena hinaan orang itu tidak ada apa-apanya dengan keburukan kita yang belum diketahui orang lain.
Jam : 19.30-21.30
Pemateri : KH Abdullah Gymnastiar
Tempat : Masjid Baitul Ihsan Bank Indonesia
Apakah Allah Yang Maha Baik sedang menatap kita? Apakah Allah Yang Maha Agung sedang menyaksikan kita? Yakin? Apakah Dia sedang mendengarkan apapun yang terucap? Apakah Allah tau siapa diri kita yang sesungguhnya? Pasti. Hanya karena Allah menutupi aib kita, kita masih menjadi manusia yang dihargai oleh orang lain.
Mudah-mudahan Allah Yang Maha Baik menggolongkan kita menjadi orang yang sibuk merasa ditatap Allah setiap saat sehingga tidak ada tempat bersembunyi dari perbuatan maksiat. Mudah-mudahan Allah menggolongkan kita menjadi orang yang merasa selalu didengar oleh Allah sehingga kita tidak perlu merekayasa kata-kata agar disukai orang. Semoga kita selalu merasa Allah menemani kita sehingga kita tidak pernah merasa kesepian dimanapun, kapanpun.
Siapapun yang mengenal Allah dengan baik, ia pasti akan sering menangis dan takjub kepada Allah. Dan siapapun yang mengenal Allah dengan baik, mendengar kematian bukan sesuatu yang menakutkan. Tidak ada yang kebetulan di dunia ini, semua terjadi atas izin Allah, termasuk datangnya ajal.
Kecerdasan seseorang itu parameternya adalah seringnya ia mengingat mati dan mempersiapkan bekal untuk kehidupan setelah mati. Kematian itu pasti datang. Allah merahasiakan tiga hal yang berkaitan dengan kematian kita: kapan kita mati, dimana kita mati, dan dengan cara apa kita mati. Bagi kita, yang paling penting adalah bagaimana kita bisa melewati itu dengan khusnul khotimah. Prestasi di dunia ini bukan dicapai dengan pujian dan penghargaan tapi dengan khusnul khotimah.
Kenapa Allah merahasiakan kematian kita?
Jangan Menunda Kewajiban
Salah satu hikmah Allah merahasiakan kematian kita adalah agar kita jangan menunda kewajiban. Jangan sampai mati sebelum kewajiban ditunaikan. Adzan berkumandang, segera sholat karena kata Allah, "assholatu 'ala waqtiha, sholatlah di awal waktu." Alhamdulillah kemarin Aa dipertemukan dengan pemuda Indonesia di Jepang. Pemuda ini selalu menjaga wudhu karena takut tertinggal waktu sholat. Ia sholat di stasiun, di taman dan dimana saja ia berada saat waktu sholat tiba. MasyaAllah!
Jangan Menunda Taubat
Hikmah lainnya adalah jangan menunda taubat. Maksiat kita, yang belum sempat diketahui orang, segera mintakan ampun pada Allah sebelum Allah membuka maksiat itu pada orang banyak. Perbanyak istighfar sambil berdiri, duduk maupun berbaring.
Jangan sampai kita mati di tempat dimana nama-nama Allah tidak pernah disebut, ayat-ayat Allah tidak pernah dibacakan. Jangan anggap remeh mengunjugi tempat-tempat maksiat. Jangan anggap remeh perbuatan maksiat. Hati-hati yang pacaran, jangan sampai mati di jalan saat boncengan dengan pacarnya. Para koruptor, jangan sampai mati sebelum mengembalikan uang yang sudah dikorupsi. Jangan meremehkan maksiat sekecil apapun itu. Bersegeralah pada ampunan Allah.
Jangan Sia-siakan Kebersamaan
Kita berangkat dari rumah, apakah kita yakin akan kembali bertemu dengan keluarga kita? Berangkatlah dalam keadaan tidak marah. Berangkatlah dengan doa yang baik-baik. Dengan orang tua, cium tangannya, mintalah doa. Biasakah kita berpisah dalam kebaikan, berkumpul dalam kebaikan.
Berbaik Sangka
Kita harus selalu berbaik sangka terhadap ketetapan yang Allah tetapkan pada kita, sebagaimana firman Allah, "Anna 'inda dhonni, abdi Bi". Allah sesuai dengan persangkaan hamba-Nya.
Ada sebuah kisah tentang seorang pengawal Raja yang selalu berbaik sangka pada Allah. Suatu hari, saat pergi berburu, Raja diterkam binatang buas dan salah satu jari tangannya buntung digigit binatang itu. Lalu pengawal membunuh binatang buas itu. Pengawal berkata, "Ini takdir yang terbaik bagi paduka." Raja marah karena jarinya buntung. Raja kemudian memerintahkan agar si pengawal tadi dipenjara. Si pengawal menerima hukuman itu dengan ikhlas.
Setelah sembuh, Raja kembali berburu, sendirian. Raja tersesat dan tertangkap oleh suku primitif dan akan dijadikan kurban. Saat akan dikurbankan, anggota badan Raja diperiksa. "Oh, ternyata jari tangan orang ini tidak lengkap, maka tidak sah dijadikan kurban. Kalau begitu lepaskan saja", kata suku primitif itu.
Raja kembali ke istana dan berkesimpulan, "Benar kata pengawalku dulu. Buntungnya jariku ini ternyata memang ada hikmahnya." Raja kemudian membebaskan pengawalnya. Setelah mendengar kisah Sang Raja yang nyaris menjadi kurba suku primitif, Si Pengawal berkata, "Saya bersyukur sudah masuk penjara." Lalu Raja bertanya, "Kenapa kamu tetap bersyukur padahal kamu hidup di penjara?" Jawab Si Pengawal, "Jika saya tidak dipenjara, maka saya akan menemani Baginda berburu. Saat kita tertangkap suku primitif, maka sayalah yang akan dikurbankan karena anggota badan saya lengkap."
Hikmah dari cerita tersebut adalah bahwa apapun yang Allah tetapkan untuk kita, itu sudah merupakan yang terbaik menurut Allah. Ketika kita merasa hidup kita menderita, itu artinya kita kurang mensyukuri ketetapan Allah. Kalau kita fokus pada syukur, maka kepahitan itu menjadi tidak apa-apa. Ketika kita dihina orang misalnya, seharusnya kita tidak perlu sakit hati karena hinaan orang itu tidak ada apa-apanya dengan keburukan kita yang belum diketahui orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar