Translate

Senin, 03 Agustus 2015

Energi yang Entah dari Mana Datangnya

Selama seminggu lalu, saya mengikuti kegiatan diklat Review RKA-KL di Ciawi, Bogor. Sungguh diklat yang mengikis kesabaran, juga kesehatan. Betapa tidak, 80 persen peserta mengalami sakit yang hampir sama: ada yang muntah-muntah, diare, ada yang kombinasi muntah dan diare sekaligus. Gejala sakitnya muncul pada hari yang berbeda-beda (sepertinya tergantung daya tahan tubuh masing-masing), ada yang hari ke-2, ke-3, ke-4, dan terakhir. Dan saya, gejala itu muncul pada hari ke-3. Karena saking banyaknya peserta yang terkena sakit serupa itu, sampai-sampai persediaan obat diare di koperasi balai diklat habis-bis. 

Semua orang pun mencari tau musahab penyakit aneh ini. 

"Jangan-jangan karena makanan yang terlalu pedas?", kata salah seorang dari kami.
"Enggak ah, gak terlalu pedas kok makanannya", sanggah yang lainnya. 
"Masuk angin kali?"
"Gak terlalu dingin kok udaranya."
"Atau stress ngadepin ujian di hari akhir nanti?"
"Bisa jadi sih, tapi stress bisa bikin mencret-mencret gitu?"
"Di sekitar sini kan banyak kucing, jangan-jangan bulu-bulu kucing yang bawa bakteri jahat?"
"Ah, masa' sih? Keknya belum pernah denger ada orang muntaber karena bulu kucing deh!"
"Hmm, apalagi ya? Ooo itu, air minum kita kan kayak agak keruh gitu, mungkin itu yang ada bakterinya?"

Lalu kami mulai memperhatikan minuman kami. Dan ya, memang benar air minum yang disediakan balai diklat kami tidak bening sempurna. Akhirnya kami berkesimpulan bulat, alasan terakhirlah yang paling shahih. Case close!

Jumat sore kami pun pulang dalam keadaan cukup payah. Ada yang diarenya masih cukup sering intensitasnya, ada pula yang sudah sembuh namun kondisi badannya lemas. Saya termasuk yang masih agak lemas. Untungnya, Jumat pagi dan siang saya sudah bisa makan lumayan banyak sehingga hari itu badan saya rasanya sudah mulai kembali segar. Saya pun bisa mengerjakan soal-soal ujian dengan lancar selama 4 jam penuh walaupun hasil ujiannya hanya Allah yang tau :-) 

Saya tiba di kos sekitar jam setengah lima sore. Setelah beberes sebentar, saya leyeh-leyeh sambil ngotak-ngatik HP. Selonjoran melemaskan kaki sambil mengumpulkan mood untuk mandi. Maklum, kegiatan diklat selama seminggu itu membuat saya capek  dan ngantuk maksimal sore itu. Sehabis mandi dan sholat maghrib, rencananya saya hanya akan istirahat, tidak kemana-mana atau tidak pula mengerjakan sesuatu yang membutuhkan energi lebih.

Sekitar jam setengah enam sore, Kak Tian, teman kos saya datang dengan nampak terburu-buru. "Kok buru-buru banget gitu, Kak? Emang mau pergi lagi", tanya saya. "Iya ni, mau ke Al Azhar", jawabnya singkat. "Oh, kajian Ust Firanda ya, Kak?", otak saya langsung terkoneksi dengan broadcast yang saya terima dari beberapa grup WA beberapa hari sebelumnya. Seperti tersengat energi yang entah dari mana datangnya, spontan saya bilang, "Aku ikut, Kak!" Kak Tian pun menjawab, "Ya udah, buruan mandi dulu kalau gitu!", sambil melihat ke arah saya yang nampak kucel saat itu.

Singkat cerita, kami tiba di Al- Azhar dengan selamat saat sholat jamaah isya' sedang ditunaikan. Karena saat itu hujan, baju kami sedikit basah karena perlu jalan beberapa meter dari tempat kami turun dari taksi hingga masjid. Ndilalahnya, ustad datang sedikit terlambat sehingga kajian diundur mulainya. Hawa dingin setelah hujan cukup membuat saya mengantuk. Namun untungnya mata saya masih bisa menyala sampai kajian berjalan 80 %. Lalu, 20 % sisanya saya sudah beberapa kali hampir njlungup karena saking ngantuknya. 

Walapun tidak bisa 100% menyimak isi kajian, saya bersyukur karena Allah menggerakkan saya untuk mengikuti kajian malam itu dengan Kak Tian sebagai perantara. Rasa syukur itu pun semakin berlipat-lipat setelah menyadari betapa beruntungnya saya mendapat teman-teman kos yang saling mengajak dalam kebaikan, seperti Kak Tian dan ada satu lagi bernama Mbak Mimi. 

Saya jadi ingat pesan Rasulullah bahwa kita sebagai muslim hendaklah hidup secara berjamaah a.k.a bersama-sama. Banyak sekali manfaat yang bisa kita peroleh dengan berjamaah. Salah satu manfaat itu saya rasakan betul saat ini. Selain teman-teman kos yang selalu mengingatkan dalam kebaikan, di lingkaran pertemanan saya ada banyak kerumunan orang-orang yang tak kalah bersemangat dalam beramal. Kami saling mengajak, saling memotivsasi dan saling bersaing dalam kebaikan (fastabiqul khoirot). 

Dan pagi ini, rasa syukur itu semakin membuncah saat kami bertiga: saya, Kak Tian dan Mbak Mimi saling membangunkan ketika waktu sahur tiba. Kami pun berbagi lauk-pauk. Semua ini persis dengan suasana Ramadhan kemarin. Kalau begini, bagaimana saya tidak bersyukur?


sumber gambar : encinas-berzerk-deviantart.com

Tidak ada komentar: