Translate

Minggu, 16 Agustus 2015

Kebanggaan Semu

"Aku gak jadi ke Purwokerto Dit, paklekku meninggal", begitu pesan yang saya terima dari Tami Jumat malam lalu. "Dia masih muda Dit, 45 tahun usianya. Sebelum-sebelumnya nggak pernah sakit. Tiba-tiba pembuluh darah otaknya pecah, lalu koma di ICU. Beberapa jam kemudian meninggal."

Kematian itu sungguh tidak bisa diprediksi waktunya, gumam saya. Dia, kematian itu, pasti datang pada semua makhuk yang bernyawa. Hanya saja, kapan dan dimana kedatangannya itulah yang menjadi rahasia Allah. 

Karena kehidupan di dunia ini hanya sementara dan kematian pasti akan datang, Allah meminta hamba-Nya untuk banyak mengingat mati dan mengumpulkan bekal untuk kehidupan setelah mati. Takziyah dan ziarah kubur adalah kegiatan yang Allah perintahkan pada kita dengan maksud agar kita sering mengingat bahwa nantinya kita akan sama seperti orang-orang yang kita takziyahi dan ziarahi itu. Kita akan sama-sama menghadapi sakaratul maut, lalu terbujur kaku tak bernyawa lagi. Kita akan dimandikan, dikafani, disholatkan, kemudian dikebumikan. Tidak ada yang kita bawa kecuali beberapa lembar kain kafan yang membalut jasad kita. Tak seorang pun jua akan menemani kita di dalam kubur.

Jika hanya kain kafan yang akan kita bawa ke dalam kubur, mengapa banyak dari kita yang begitu ngoyo menumpuk-numpuk harta bahkan dengan jalan yang tidak halal? Padahal, rumah megah, mobil mewah, tabungan melimpah dan segala bentuk kebanggaan dunia itu tak satu pun akan kita bawa ke dalam kubur. Jika semua itu diperoleh dengan jalan yang tidak halal, benar-benar tidak akan ada gunanya. Sama sekali tidak ada!

Demi semua kebanggaan semu itu orang rela mencuri uang rakyat, memakan hak orang melarat. Lalu bagaimana jika nanti di akhirat orang-orang yang terrenggut haknya itu menuntut pertanggungjawaban dari para koruptor itu? Tidakkah para koruptor itu berfikir hingga jauh ke sana?

Lalu, buat apa pula jika semua kemewahan itu tidak bisa dinikmati ketika macam-macam penyakit mulai menggerogoti tubuh mereka saat usia mereka memasuki 60 tahun? Buat apa uang melimpah namun nyatanya aneka makanan mahal yang bisa terbeli, tidak bisa dimakan lantaran dokter melarang keras? Buat apa semua harta itu jika kenikmatan hidup sudah dicabut oleh Allah? 

Ini pengingat, terutama untuk saya sendiri. Semua korupsi skala besar pasti dimulai dari korupsi yang kecil-kecil. Ketika yang kecil-kecil dibiasakan, skalanya akan terus meningkat hingga mungkin menjadi tak terkendali. Awalnya takut-takut dan ada rasa bersalah, lama-lama akan biasa-biasa saja dan akhirnya jadi kegemaran jika tak ada yang mengingatkan. 


Sumber ilustrasi : konstruksirumah.com

Tidak ada komentar: