Sudah nonton Film Tausiyah Cinta? Kalau saya, sudah! Hehe. Kalau kamu belum nonton, cepat nonton! Mumpung masih diputar di beberapa bioskop.
Menurut saya, secara teknis pembuatannya, film ini kurang menarik. Dari pengambilan gambarnya misalnya, film ini lebih mirip sinetron. Terlalu banyak adegan yang diambil secara close-up. Kemampuan acting para pemainnya juga ada beberapa yang masih sangat kaku. Ya, maklum lah, banyak cast-nya adalah pendatang baru. Coba saya yang memainkan peran itu, pasti berantakan deh! Hehe.. Tapi, siapa juga yang mau meminta saya jadi pemainnya? *Ngomong sama kaca.
Kalau dilihat dari segi ceritanya, film ini bagus. Banyak pesan yang ingin disampaikan. Dari hal yang sangat teknis seperti tentang ta'aruf dan bagaimana cara naik ojek yang syar'i, sampai pada hal yang menyangkut pemahaman yang melibatkan hati seperti tentang mencintai orang tua dan keluarga, ikhlas menerima ketentuan Allah sepahit apapun itu, dan bagaimana menjadi pemuda yang aktif dalam kegiatan positif yang menebar kemanfaatan.
Oh iya, ada satu pesan lagi yang menurut saya sangat kuat disampaikan lewat film ini yaitu tentang keutamaan menghafal Quran. Azka (diperankan oleh Hamas Syahid Izzuddin), salah satu tokoh utama di film tersebut digambarkan sebagai seorang arsitek muda yang pintar dan kaya akan karya sekaligus seorang penghafal Quran. Di sela-sela pekerjaannya, Azka masih meluangkan waktu untuk menghafal Quran. Secara berkala ia menyetorkan hafalannya pada sang guru. Ia juga menyempatkan waktu duduk di masjid untuk mengulang-ngulang hafalannya.
Pada suatu ketika, di sebuah masjid, saat Azka kesulitan mengingat ayat yang sedang ia ulang hafalannya, beberapa pemuda membantu Azka melanjutkan hafalannya secara estafet, berganti-ganti dari orang satu ke orang selanjutnya. Semua yang menonton adegan ini, tentu akan bergetar hatinya, tak terkecuali saya.
Azka yang seorang penghafal Quran ini ternyata memiliki Ibu yang seorang penghafal Quran juga. Selain itu, ia juga mempunyai seorang sahabat bernama Fatih (diperankan oleh Irwansyah) yang istiqomah menjaga hafalan Quran di tengah kesibukannya menuntut ilmu di Negeri Jerman. Lingkaran para penghafal Quran inilah yang menurut saya sangat inspiratif.
Saya seperti mendapat semangat baru untuk menambah dan memperbaiki hafalan Quran saya yang masih sangat minim ini. Saya jadi ingat akan target hafalan yang saya buat di Grup WhatsApp alumni Dauroh Quran bersama Syeikh Ali Jaber, 26 Desember lalu. Tanggal 31 Januari adalah deadline saya memenuhi target itu. Bismillah, saya menjadi lebih bersemangat menghafal setelah nonton Tausiyah Cinta. Terima kasih pada semua yang berperan di pembuatan film ini. Sungguh-sungguh menginspirasi!
Menurut saya, secara teknis pembuatannya, film ini kurang menarik. Dari pengambilan gambarnya misalnya, film ini lebih mirip sinetron. Terlalu banyak adegan yang diambil secara close-up. Kemampuan acting para pemainnya juga ada beberapa yang masih sangat kaku. Ya, maklum lah, banyak cast-nya adalah pendatang baru. Coba saya yang memainkan peran itu, pasti berantakan deh! Hehe.. Tapi, siapa juga yang mau meminta saya jadi pemainnya? *Ngomong sama kaca.
Kalau dilihat dari segi ceritanya, film ini bagus. Banyak pesan yang ingin disampaikan. Dari hal yang sangat teknis seperti tentang ta'aruf dan bagaimana cara naik ojek yang syar'i, sampai pada hal yang menyangkut pemahaman yang melibatkan hati seperti tentang mencintai orang tua dan keluarga, ikhlas menerima ketentuan Allah sepahit apapun itu, dan bagaimana menjadi pemuda yang aktif dalam kegiatan positif yang menebar kemanfaatan.
Oh iya, ada satu pesan lagi yang menurut saya sangat kuat disampaikan lewat film ini yaitu tentang keutamaan menghafal Quran. Azka (diperankan oleh Hamas Syahid Izzuddin), salah satu tokoh utama di film tersebut digambarkan sebagai seorang arsitek muda yang pintar dan kaya akan karya sekaligus seorang penghafal Quran. Di sela-sela pekerjaannya, Azka masih meluangkan waktu untuk menghafal Quran. Secara berkala ia menyetorkan hafalannya pada sang guru. Ia juga menyempatkan waktu duduk di masjid untuk mengulang-ngulang hafalannya.
Pada suatu ketika, di sebuah masjid, saat Azka kesulitan mengingat ayat yang sedang ia ulang hafalannya, beberapa pemuda membantu Azka melanjutkan hafalannya secara estafet, berganti-ganti dari orang satu ke orang selanjutnya. Semua yang menonton adegan ini, tentu akan bergetar hatinya, tak terkecuali saya.
Azka yang seorang penghafal Quran ini ternyata memiliki Ibu yang seorang penghafal Quran juga. Selain itu, ia juga mempunyai seorang sahabat bernama Fatih (diperankan oleh Irwansyah) yang istiqomah menjaga hafalan Quran di tengah kesibukannya menuntut ilmu di Negeri Jerman. Lingkaran para penghafal Quran inilah yang menurut saya sangat inspiratif.
Saya seperti mendapat semangat baru untuk menambah dan memperbaiki hafalan Quran saya yang masih sangat minim ini. Saya jadi ingat akan target hafalan yang saya buat di Grup WhatsApp alumni Dauroh Quran bersama Syeikh Ali Jaber, 26 Desember lalu. Tanggal 31 Januari adalah deadline saya memenuhi target itu. Bismillah, saya menjadi lebih bersemangat menghafal setelah nonton Tausiyah Cinta. Terima kasih pada semua yang berperan di pembuatan film ini. Sungguh-sungguh menginspirasi!
sumber gambar: movie.co.id |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar