Translate

Selasa, 16 September 2014

Kapan manggung lagi ya?

Pak Munif Chatib dalam bukunya yang berjudul "Gurunya Manusia" mengatakan bahwa guru adalah seniman tingkat tinggi. Ya, aku sependapat. Menjadi guru berarti menjadi seniman. Oleh karena itu aku mengasumsikan kelas sebagai panggung. Di sanalah aku berekspresi dan membuat siswa-siswaku bebas berekspresi pula. Kami menyanyi, menari, mendongeng, berpuisi, bermain kuis, bermain sulap, bermain peran, bersorak sorai, bertepuk tangan, berbicara dari hati ke hati, berkreasi apapun sehingga kami pun tertawa dan kadang menangis bersama.

Dari semua aktifitas itu ku menyaksikan lahirnya maetro-maetro cilik. Si Mita yang pandai bernyanyi, Sumi yang pandai membuat gerakan tari, Dayat dan Isti si calon ilmuan matematika, Taufiq si ahli pembuatan teknologi tepat guna, Rika yang pandai mendongeng, Tona si saudagar cilik, Dion si bintang sepak bola, Fani si anak paling percaya diri. Ah, mereka semua anak-anak hebat, anak-anak juara. Kapankah aku menjumpai anak-anak semacam mereka lagi? 
Benar-benar rindu naik panggung lagi.

Tidak ada komentar: