Translate

Rabu, 10 September 2014

KL -Part 1-

Sabtu, 30 Agustus. Hari yang bersejarah buatku karena hari itu untuk pertama kalinya aku akan menginjakkan kakiku di negeri orang. Tidak sabar rasanya :-D

Seharian itu tak henti-hentinya aku menatap jam dinding yang terpasang di ruang kerjaku. Setiap kali menoleh ke jam tersebut, hatiku selalu berbisik, "cepatlah jam 2, cepatlah!" Ya, karena hari itu jam kantor kami selesai pada jam 2 siang. Menjelang jam 2, atasanku belum terlihat hendak pulang. Hatiku mulai was-was. Di kantor kami ada semacam peraturan tidak tertulis yang menyatakan bahwa pulang mendahului GM adalah tabu. Kira-kira begitu.Jam 2.15, sebuah pesan WhatsApp ku terima dari Mari, temanku.

"Dit, aku udah berangkat dari rumah lho!"
Apa? Udah berangkat? Aku kekuar dari kantor aja belum. Aku semakin gelisah. Piye iki?

Akhirnya, jam setengah 3 aku baru bisa keluar kantor. Dan semakin resahlah aku karena Sari, teman yang biasanya aku tebengin mendadak mau pergi ke rumah temanya. Jadilah aku berjibaku mengejar metromini agar bisa cepat pulang ke kos mengambil barang bawaan yang untungnya sudah selesai aku kemas malam sebelumnya.

Secara matematis, aku tidak mungkin tiba di Blok M (tempat aku dan Mari akan bertemu) tepat jam 4 sesuai kesepakatan kami. Baiklah, tidak apa-apa. Aku akan berusaha dulu. Yosh! Setelah ganti angkot 2 kali, tibalah aku di dekat kosku. Sebenarnya aku ingin berlari, tapi malu dilihat tetangga-tetangga. Nanti malah pada ngliatin. Hihii. Tiba di kos, perutku keroncongan karena belum sempat makan siang di kantor. Aha, mataku menangkap segelas nata de coco yang tampak sangat enak. Maka, aku pun melahap nata de coco itu sebelum berangkat ke blok M. *Bagian ini tidak aku ceritakan kepada Mari karena kalau dia tau aku makan nata de coco padahal dia sedang menungguku, dia bisa marah besar padaku.*

Yah, lagi-lagi ujian datang. Metromini no 69 yg ku tumpangi menuju blok M terjebak macet dari pintu tol Ciledug sampai hampir Kebayoran Baru. Saat itu jam 5.10. Mari mengirim pesan WA padaku.
"Dit, Damri yang tadi udah berangkat jam 5. Ini ada lagi tapi mau berangkat jam 5.30. Kamu punya waktu 20 menit biar bisa naik yang ini. Cepatan! Aku gak bawa uang rupiah ini."

Hadeuh... Apa pula ini?
Sebenarnya, selama terjebak kemacetan tadi, aku sudah berusaha nyari-nyari ojek. Niatnya mau ganti naik ojek gitu, biar cepat sampai. Tapi ternyata tidak ada. Untungnya, menjelang fly over Kebayoran Baru, jalan mulai lancar. Metro mini pun tancap gas. Aku mengirim pesan ke Mari, "Mari, tolong bilang Pak supirnya biar tunggu aku sebentar. Udah nyampe Paku Buwono ni." Beberapa saat kemudian Mari menelponku.

"Udah nyampe mana Dit?"
"Lagi di lampu merah kejaksaan ni, lama banget" Telepon terputus. Beberapa saat kemudian, dia menelpon lagi. Sebelum dia bicara, aku bicara lebih dulu. "Ni mau turun di terminal blok M, belakang. Tunggu! Aku lari."Aku pun berlari dengan tenaga nata de coco yang aku makan tadi. :-) Semua orang melihat ke arahku. Aku tetap berlari sampe menemukan bus damri paling depan. #Akurapopo.

"Ini dia yang ditunggu-tunggu datang juga", kata Pak Supir sambil tersenyum ke arahku. Aku pun meminta maaf kepada Pak supir, kondektur dan semua penumpang. Untungnya mereka tidak marah walaupun bus yang mereka tumpangi terlambat berangkat 5 menit. *Hmm..yang ini semacam adegan di drama korea, hehe*

Pendek kata, aku dan Mari sudah tiba di Bandara Sukarno Hatta dan masuk ke pesawat. Saking capeknya, aku sudah terlelap tidur sebelum pesawat take off dan baru terbangun setelah tiba di Kuala Lumpur International Airport 2. Rasanya seperti mimpi, ini beneran KL atau bukan ya? Hehee.. Oh.. Ternyata ini benar-benar KL lho. Setelah tidur di KLIA 2 sampe terbit matahari, kami langsung menjelajahi ibukota negara tetangga itu. Ini lho ada bukti fotonya. Hehe.



Tidak ada komentar: