Translate

Selasa, 16 September 2014

Sekotak Nasi untuk Berdua

Kadang, kita lebih mengingat efek dari sebuah kejadian daripada kejadian itu sendiri. Bisa jadi itu karena si efek begitu terpateri, terukir dalam di hati (Aseek).

Jadi begini ceritanya. Beberapa hari lalu Rida mengajakku menonton film Rurouni Kenshin, Samurai X versi manusia. Kabarnya film itu bagus sekali sehingga aku pun tergiur ingin nonton. Tapi... tapi..., aku kemudian teringat janjiku pada diri sendiri untuk lebih menghemat dan absen sebentar dari bersenang-senang. Pasalnya, aku baru saja jalan-jalan dari negara sebelah dan membeli motor. So, bisa dibayangkan kondisi keuanganku saat ini. (gigit jari)

Rida kemudian menawariku untuk mentraktirku nonton kali ini. "Kan nanti kalau Dita udah banyak uang lagi bisa ganti traktir aku", begitu kata Rida. Ah Rida, kamu selalu mengerti keadaanku. Tiba-tiba kami teringat efek dari sebuah kejadian yang hampir mirip dengan yang baru saja terjadi itu.

Sekitar bulan Oktober 2011, Rida kedatangan 3 orang temannya semasa ia belajar di Jepang. Ketiga teman tersebut berencana akan berlibur ke Jogja selama 4 hari. Mereka meminta Rida untuk menemani mereka menjelajahi Jogja dan sekitarnya. Karena ketiga teman tersebut adalah laki-laki, Rida merasa kurang nyaman jika hanya pergi dengan mereka saja. Maka, Rida mengajakku menemaninya. Kami pun berhitung berapa uang yang akan kami keluarkan untuk wisata 4 hari itu. Sewa mobil, tiket masuk Borobudur, Prambanan, Ramayana Balet, Ulen Sentalu (Merapi), Keraton dll. Belum lagi makan siang yang minimal adalah restoran sekelas Raminten. Semua total pengeluaran itu akan kami bagi berlima sehingga masing-masing iuran dengan jumlah yang sama. Hohoo... melihat angka yang harus dibayar itu, aku hanya bisa meringis. Jelas saja aku meringis. Aku baru saja pulang dari Semeru dan Bromo. Ditambah lagi, bulan depannya aku wisuda. Oh uang, I need you indeed.

Hmm.. kami memutar otak.

"Oke, beberapa minggu ke depan aku sarapan Energen aja. Jadi, budget untuk sarapan bisa dipotong", kataku sambil menyeringai.
"Oh gitu?" Rida tampak iba padaku. Diam sejenak, tampak sedang berfikir.
"Karena Dita udah mau nemenin dan bantu aku, nanti tiap hari aku bawa bento dari rumah. Jadi kita bisa makan siang bareng. Dita gak perlu beli makan siang. Kan bisa tambah irit tuh?" jelas Rida.
"Aha!", tiba-tiba mataku kembali menyala. "Tapi Rida gak papa tiap hari bawa bento buat aku juga?"
"Gak papa", jawab Rida sambil tersenyum.

Liburan yang direncanakan pun sudah dilewati dengan menyenangkan dan mengesankan. Tibalah waktunya usaha pengiritan dijalankan. Sekotak nasi untuk berdua, begitu sampai beberapa hari atau minggu kedepan. Di ruang minum INCULS, saat jam makan siang. Unforgettable.
di Kraton Yogyakarta

Tidak ada komentar: