Translate

Senin, 22 September 2014

Tumbuhlah dengan Riang dan Gembira, Sayang!

Lima belas purnama sudah kulewati sejak terakhir aku menginjakkan kakiku di Bima, tempatku bertugas sebagai Pengajar Muda. Namun, bayang-bayang ekspresi anak-anak didikku masih tergambar jelas di memoriku. Bahkan, suara mereka, genggaman tangan mereka pada tanganku, gelayutan tangan mereka pada pundakku saat ku duduk, terkadang masih terasa. Semua itu seolah baru kemarin lusa terjadi.

Setiap teringat mereka, hatiku selalu membuncah. Ada rindu, ada harap, ada cemas pula. Cemas oleh pertanyaan; semangat mereka, keriangan mereka, akankah tetap seperti itu sampai mereka dewasa? Padahal di depan sana mereka masih harus menapaki jalan panjang nan asing.

Ketika aku seumuran mereka, aku juga memiliki keriangan yang sama. Bedanya, aku tidak memiliki guru-guru seperti pengajar Muda (terus kenapa?). Bangun pagi, pergi ke sekolah, berangan-angan tentang masa depan, selalu percaya diri dengan cita-cita. Semua ku jalani penuh keringan, tanpa beban. Tapi, ketika usia terus bertambah dan fase hidup berganti, mulai terasalah tentang beban hidup, tentang perjuangan, kegagalan, keputus-asaan dan sederet situasi yang membuat takut dan cemas. Ah, dunia orang dewasa itu ternyata rumit, pikirku saat itu. Kalau bisa kembali ke masa kecil, sepertinya menyenangkan ya?
Ketakukan semacam itu mungkin akan datang pada siswa-siswaku. Bisakah mereka mewujudkan mimpi-mimpi masa kecil mereka? Aku yakin mereka bisa, pasti bisa. Tapi aku terlalu khawatir ketika sesekali mereka harus tersandung, terjatuh kemudian terluka, bingung ketika tiba di persimpangan jalan, kemudian mereka harus duduk sejenak mengusap air mata dan mengobati luka. Membayangkan hal itu saja membuat hatiku terasa sesak. Ah, sepertinya ini kekhawatiran yang terlalu berlebihan. Bagaimanapun, mereka harus melewati semua itu agar bisa mewujudkan cita-citanya.

Aku pernah membaca tulisan tentang adab guru dan murid. Dijelaskan bahwa seorang guru itu hendaknya senantiasa mendoakan kebaikan untuk murid-muridnya. Doa, itu saja yang bisa ku berikan pada mereka saat ini. Dari tanah yang berjarak lebih dari 2000 km ini, doa-doa yang baik ibu kirimkan untuk kalian, sayang. Teruslah tumbuh dalam keriangan dan kegembiraan meraih mimpi-mimpi kalian!

Tidak ada komentar: