Translate

Selasa, 14 April 2015

Maemuki

Pagi ini, Tami, sahabat saya, pulang ke Klaten setelah dua malam menginap di kos saya. "Aku kok gak nyangka ya Dit, tiba-tiba udah di Jakarta dan ini udah mau pulang lagi. Hidup tuh memang cuma kumpulan perjalanan yo!", begitu kata Tami. Saya yang sedang sibuk bersiap-siap untuk pergi ke kantor kurang fokus pada pembicaraan Tami itu sehingga saya hanya menimpali ringkas. Namun, kata-kata Tami itu menempel di kepala saya sesiangan ini. 

Dan ya, hidup adalah perjalanan. Kita tidak tahu kemana takdir akan membawa kaki kita melangkah esok hari. Singgah ke tempat seperti apa, bertemu dengan orang-orang semacam apa, kita tidak tahu. Ketidaktahuan itu kadang membuat kita khawatir dan tidak tenang. Khawatir dengan lingkungan baru, pekerjaan, rezeki, masa depan dan mungkin jodoh. #eh! 

Karena merupakan perjalanan, hidup identik dengan perpindahan dari satu tempat ke tempat yang baru. Bagi sebagian orang, tempat baru membawa harapan baru. New place, new hope, begitu katanya. Dan "harapan baru" itu tentu saja adalah harapan yang baik-baik. Akan tetapi, kenyataan yang akan datang itu bisa jadi melenceng dari harapan. Itulah kenapa setiap kita akan memasuki fase perjalanan yang baru, kita perlu memohon kepada Allah agar selalu ditempatkan di tempat yang diberkahi. Sebagaimana doa yang Allah ajarkan kepada Nabi Nuh sebelum menaiki bahteranya, Dan berdoalah, "Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkahi, dan Engkau adalah sebaik-baik pemberi tempat.(QS. Al Mukminun: 29). 

Selain terus berdoa, hal terbaik yang bisa kita lakukan dalam perjalanan yang kita tidak tahu hingga kapan akan berujungnya ini, tidak lain adalah terus berjalan ke depan dengan semangat yang positif. Maemuki, begitu kata orang Jepang. Secara leksikal, maemuki berarti facing forward, positively. Secara konteks, frasa ini sering dipakai untuk menggambarkan seseorang yang punya semangat yang tinggi dan bersungguh-sungguh dalam menghadapi hidup. Ia melakukan segala sesuatunya (misalnya dalam karir dan studi) dengan usaha terbaik bahkan melebihkan usaha di atas rata-rata orang kebanyakan. 

Apakah kita terus-menerus bisa maemuki? Tentu tidak, karena hidup adalah sesuatu yang dinamis. Bisa jadi hari ini kita merasa sangat bersemangat dan bisa tertawa lebar, besok sudah menangis pilu (halah!:-p). Saya jadi teringat kata-kata tetangga saya saat saya pulang ke kampung halaman dua bulan lalu, "Kudu semangat yo mbak. Kalau bukan kita sendiri yang menyemangati diri kita, lalu siapa lagi?" Namun sayangnya, ada kalanya kita kesulitan membuat diri kita bersemangat. 

Saat ini saya sedang dalam kondisi batin yang cukup bersemangat. Makanya, saya membuat tulisan ini agar nanti bisa saya baca lagi ketika semangat maemuki mulai tergerus. Mudah-mudahan ini bisa bisa menjadi pemantik bagi saya untuk maemuki. Semoga.



Sumber gambar : http://plaza.rakuten.co.jp/himawari6017/

*Terima kasih untuk sahabat saya, Rida, yang sudah memberi tahu saya tentang maemuki ini. :-)

2 komentar:

Cerita Mari mengatakan...

sekarang ucapannya diubah ya..dari "yang semangat ya" jadi "yang maemuki yaa"..:)

Perpustakaan Balita Ceria mengatakan...

Yap, bener Mar! Kita harus maemuki ya! Aku nek ndelokke dirimu di dunia karir, maemuki banget ketoke. :-)