Translate

Jumat, 07 November 2014

Speech Script 1 : "Anies Baswedan at Orientasi Pasca Penugasan Pengajar Muda Angkatan IV, June 2013"

Tulisan ini adalah isi pidato Pak Anies Baswedan pada acara Orientasi Pasca Penugasan Pengajar Muda Angkatan IV. Saat itu saya merekam pidato Beliau kemudian mencoba menuliskannya agar bisa dibaca dan bermanfaat untuk banyak orang. Sayang sekali saya tidak merekam secara penuh. Namun, ini cukup bisa disimak dan dijadikan bahan pembelajaran. Selamat membaca.

Think your future as a unit. Saya tidak menganjurkan teman-teman untuk segera menikah, tapi saya menganjurkan untuk memasukkan "menikah" ke dalam perencanaan anda. Termasuk bagi yang ingin lajut sekolah di luar negeri, kalau bisa, jangan sekolah sendirian, tetapi berdua. Kalau boleh, bertiga. Bukan dua suami atau dua istri ya, melainkan dengan anak. Kenapa? Karena proses belajar di luar negeri itu punya efek besar bagi keluarga, bagi istri/suami dan anak. Masa' suami sekolah tinggi-tinggi di luar negeri, istri di tanah air mengurus anak sambil mendengar kabar kemajuan? You have to find every ways to make your partner ikut dalam proses pembelajaran itu. Jangan anggap proses pembelajaran itu sebagai seeking degree. No! This is a learning. Dan learning itu artinya harus dapat dijalani sekeluarga.

Kemudian, ada banyak sektor karir saat ini. Kalau teman-teman perhatikan, akhir-akhir ini sektor yang peluang perkembangannya itu sangat besar dan di sini sering supply kita kurang adalah privat sector. Proyeksi 2020 di Indonesia dibutuhkan sekitar 300 world class business leader. Supply Indonesia saat ini baru 100.Untuk seluruh sektor diperlukan 33.000 world class leader, diantaranya sektor rumah sakit, pendidikan dan seluruh institusi. Yang ada saat ini baru 10.000an. Kalau yang sektor bisnis, they will hire expatriate. Tapi sektor non bisnis kalah. Karena mereka belum tentu mampu hire expatriate.Jadi teman-teman, kalau kita melihat dari 3 sektor utama (privat, public dan NGO)maka kalau saya boleh mengusulkan dari 3 ini, saya melihat sektor privat mempunyai peluang yang besar. Dan di sini sering diisi dengan individu-individu yang tidak punya pengalaman pengabdian, perjuangan. Kebanyakan diisi  dengan yang kompetensinya memenuhi tapi experience minim. Anda tahu Felia Salim? Sepupunya Emil Salim. Felia Salim adalah wakil direktur BNI 46. Kenapa kita (Indonesia Mengajar) mendapat dukungan (dana) dari BNI 46? Karena dibantu oleh Ibu Felia Salim. Kenapa Ibu Felia Salim bisa melakukan itu? She spent 2 years in Papua when she was 27-28.Sebelumnya dia bekerja di City Bank dan perusahan saham, sudah mentok karirnya lalu ia bertanya, "meaning apa yang saya dapatkan dari uang yang banyak ini? Tidak ada. So I want to create meaning." Lalu dia pergi sendiri ke Papua, terlibat dalam berbagai kegiatan di sana. Lalu dia dipanggil untuk kembali ke Jakarta, memimpin BAPEPAM.Dan sekarang menjadi salah satu pimpinan BNI.

Kita sering memilih berada sektor yang mengerjakan the good thing seperti NGO. Sementara, yang bekerja untuk mendanai itu tidak dipandang sebagai a good thing. Karena itu bagian dari pencari uang. Banyak juga yang memilih untuk menjadi pembayar pajak yang baik dari pada pengelola pajak yang baik. Kita bisa bilang, "I paid tax. I am a good citizen." Tapi pertanyaannya, who manage your tax money? Kita prefer tidak mengurusi our tax money. Kenapa? Repot di situ, ada power. Kita pilih jadi pembayar pajak saja. Makanya yang saya katakan sebagai jalan mendaki itu jalan yang akan penuh pertarungan seperti itu. Tetapi, di tempat yang seperti privat sector itu sunyi. Anda ke kantor, anda bekerja. You are part of a big machinery. Tidak ada suatu kepuasan yang bisa diceritakan. Kalau sebagai Pengajar Muda kan bisa ngomoong,every day is different story. Ini jalan yang penuh riuh rendah tepuk tangan. Orang mengapresiasi. Tetapi, begitu anda bekerja di privat sector, di corporation, sepi, sunyi. Nah, kita sering kali enggan lewat jalan yang sunyi begini. Karena itu, saya menganjurkan teman-teman think about it. Jalannya memang sunyi, tapi seperti yang saya pernah katakan, I am not asking you about today but I am asking you about 20 years down the road. Saya ingin membayangkan anda 20 tahun lagi.Anda nanti seusia saya sekarang. Yang sering kita pikirkan adalah proses menjalaninya tapi kita kadang lupa memikirkan ini ujungnya dimana. Sayang ketika anda sudah sampai pada mid 40s, anda tidak bisa balik lagi. It's too late, karena sudah ada tanggung jawab keluarga.

Kembali ke 3 sektor tadi, public (manage our tax), NGO (manage our money from privat),and privat (supplier money). NGO mengandalkan supply dari privat. Memangnya kita di sini dari mana (dananya)? Dari BNI, bukan? Lalu teman-teman memilih mana, memilih bagian dari mengelola pemberiannya,atau bagian yang membuat mereka bisa memberi. Kalau saya boleh pilih, saya pilih bagian yang bisa memberi. Teman-teman, Indonesia Mengajar tidak mungkin jadi jika tidak ada beberapa orang di Indika Energi yang pada waktu itu mengatakan, "I trust this idea(Indonesia Mengajar ketika baru pada tahap ide). Saya waktu itu ngomong dengan mereka hanya ide saja, sama sekali tidak punya uang. Begitu ditanya, berapa biayanya, saya tidak bisa menjawab juga. Baru kita pikirkan setelahnya. Dan yang membuat Indonesia Mengajar bisa berjalan adalah kombinasi antara idea dan resources. Idea dari kita dan resources dari mereka. Jadi teman-teman, jangan takut mengmbil rute yang seakan-akan hanya cari uang saja. Saya kalau ketemu sama teman-teman mantan aktivis mahasiswa saya bertanya, "sekarang dimana?" "Lagi ngurusin uang dulu", jawab mereka dengan nada seperti berapologi.Jangan berfikir kalau masuk ke dunia bisnis itu hanya cari uang saja.Tidak! Retain your idealism and take this road.Jangan takut ambil rute ini.

Lalu, juga jangan takut ambil jalan public. Kalau semua orang hanya maunya jadi pembayar pajak, siapa yang membuat PERDA? Take this (public sector). Jalan ini penuh consideration.  Tapi di sini ada satu karakter yang mulai muncul yaitu meritocrazy, yaitu sebuah sistem yang diatur berdasrkan kinerja/prestasi. Sekarang anda masuk di wilayah privat, hampir semua sudah menerapkan meritocracy. Walaupun masih ada 1 atau 2 yang belum, secara umum sudah meritokratif. Sektor Publik pelan-pelan meritokratif. Anda coba mau masuk DEPLU, anda tidak bisa jika anda tidak merit. Bahkan ada mantan Menlu, anaknya tidak lulus. DEPKEU is also like that (meritocracy). Negara pelan-pelan mengadopsi sistem meritokrasi ini. Jadi, kalau anda masuk sektor ini, 20 tahun mendatang the culture is changing. Jangan bayangkan culture biokrasi hari ini will be the culture of birocracy 20 year down the road. No! It's gonna change. Anda harus membaca ke depan. Kalau anda kuliah tahun 80an, who is the power in the country? militer, bukan? Bupati militer, ketua DPR militer, presiden militer.Semuanya orang militer. Jadi, kalau tahun 80an itu anda berfikir would like to rule Indonesia lalu anda masuk akademi militer.Itu salah jalur! Karena zaman akan berubah.Dunia sudah menunjukkan bahwa tidak ada kekuatan militer yang langgeng. As a political power, militer tidak bisa langgeng.

Sekarang teman-teman, yang rule Indonesia saat ini adalah aktivis. Anda cari semua posisi semua adalah mantan aktivis. DPR isinya begitu, partai isinya begitu. Tapi saya hampir yakin bahwa yang akan muncul is coming from market (privat). Rulling actor di Indonesia itu berganti-ganti. Intelectual, habis itu military, activis and the future is from market. Tapi ini bukan justifikasi money politic. Dan saya tidak bicara itu sekarang. Not today, but 20 tahun mendatang. Kalau today, dari privat itu yang ada beli suara. Tapi saya membayangkannya the future. Dan kalau anda cari buku tentang leadership, hampir semua bicara tentang sektor privat. Jadi teman-teman, anda setahun kemarin berada jauh dari sektor privat. Sekarang, anda kembali, anda bayangkan masa depan, anda bayangkan anda berada di sisi yang mana untuk mendorong perubahan itu. Saya usulkan, sektor privat dipikirkan. Kita sudah kelebihan orang yang terjun ke NGO walaupun tidak sebanyak di India yang rate NGOnya adalah 1:400 penduduk. Padahal penduduknya 1,2 milyar jiwa. Jadi, teman-teman jangan khawatir untuk ambil sektor privat. Bayangkan 20 tahun ke depan. Nanti kalau anda sudah sampai di puncak-puncak, anda punya otot-otot yang besar untuk mendorong perubahan. Seperti kami berinteraksi dengan Indika Energy dan mereka mengatakan, "yes". Dan masih banyak kegiatan yang bisa digerakkan lewat seperti ini.  

Lalu teman-teman, saya ingin berbagi tips agak personal terkait teman-teman sendiri. Network is extremelly important. Kita semua sudah dengar itu. Tapi bagaimana sih mengelola network itu? Network itu dikelolanya not only with your brain but also with your heart.You have to manage your network with your heart. Itu artinya engage dengan jaringan yang anda bangun. Teman-teman punya jaringan di daerah penempatan. Tolong engagement itu jangan hilang. Continue to engage with them. Biarkan jaringan itu terawat amat lama dan kapanpun teman-teman punya inisiatif, punya idea, punya sesuatu yang bisa di-share dengan network itu, mereka akan dengan mudah menjadi bagian dari apa yang kalian kerjakan.Soal komunikasi menjadi sangat penting. Komunikasi ada pengirim pesan, ada pesannya dan pengirim pesan. Kelola komunikasi itu dengan baik. Jadi, ketika nanti kalian sudah mulai berkarir, untuk menjaring network baru, anda harus punya kartu nama.Kenapa? Untuk berkenalan. Kartu nama itu dalam tata krama membangun network, fungsinya adalah untuk meminta kartu nama. Mereka (orang-orang hebat) tidak perlu anda tapi andalah yang perlu mereka. Anda ketemu seseorang lalu bilang, "Pak, minta kartunya". Kuno itu.This doesn't know the etic.Tapi begitu ada anak muda memberikan kartunya, "Pak, ini kartu saya". Anda menjadi bagian yang itu. Kalau sesama direktur, manager, bertukar kartu itu tidak ada yang baru. Tapi belum punya pekerjaan dan punya kartu, that's new. Tujuan anda bangun network, bukan? Tata kramanya, kalau kita berikan kartu, kita akan terima kartu. Tidak usah minta. Otomatis, yang menerima kartu nama itu akan memberi kita kartu nama. Lalu, setelah anda terima kartu itu, they will not remember you. Saya barusan hari ini terima 4 kartu nama. I can not remember their face. So, who will I remember? Yang menghubungi saya. Jadi kalau sore hari nanti ada yang mengirim sms, saya akan ingat. Tapi kalau sms-nya sekarang, saya gak akan baca. Karena saya masih berkegiatan. Kalau dia sms-nya sore atau malam, saya akan baca. "Pak saya tadi yang ketemu di acara ini. Nama saya.... Hope we can keep in touch. Salam hormat." Lalu send! Saya terima, tapi belum tentu di-keep. Namanya juga usaha. Nanti, anda lihat lagi the guy write or meluncurkan sesuatu, sms him/her again. "Pak Selamat.... Saya yang dulu ketemu di.... ". Saya selalu menghormati orang yang menembus batas. Kalau orang bisa menembus batas, dia akan diperhatikan.

Ada mahasiswa yang datang menemui saya, mempertanyakan policy universitas."Pak, saya ada masalah, ini, ini, ini..". Saya dengarkan, "anda catat nama, nomor mahasiswa, program studi dan angkatan anda". Kenapa? Dari ribuan mahasiswa, dia berani datang ke ruang rektor. Yang lain, hanya diem, khawatir, takut atau malah nge-tweet. It doesn't work. Come and talk! My staff don't like this. Kerena dia menembus seluruh birokrasi staff. Tapi buat saya, inilah anak yang perlu diperhatikan. Karena dia tahu bagaimana menembus batas. Anda jadi orang-orang begitu. Jangan khawatir akan tidak disukai.

Teman-teman, anda membangun network itu identify network mana yang akan saya datangi. Kalau anda di Jakarta atau di manapun, you will see so many oportunities to see the network. Datang ke seminar, diskusi, peluncuran, acara apapaun, you will see so many resources. Jangan pernah bilang, aduh saya gak ada tempat. Never say that! Kalau di tweet ada yang tanya, "Pak, bagaimana caranya daftar jadi PM?". Sudahlah, gak usah daftar. Lha anda tinggal buka google aja, bukan? Kalau dia terbiasa disuapi begitu, gak usah daftar sudah! Karena it's an expression that she/he lazy. Don't do that.

Lalu teman-teman, ketika kalian sudah punya network, jangan dibombardir dengan sms. Jadi, anda membangun jaringan jangan sampai hilang, namun jangan juga ketok banget ra nduwe gawean. Anda bangun jaringan dan tempatkan diri anda sebagai pembelajar. Anda bisa datang, minta waktu untuk diskusi atau ngobrol dengan siapapun yang menurut anda baik tapi jangan lama-lama. Jangan habiskan waktunya. Anda datang, bicara 20 menit, lalu minta pulang. Jangan sampai orang itu minta tolong sekretarisnya untuk mengingatkan anda. Manage your time karena the person you are going to see is very busy. Ini hal yang nampaknya sederhana tapi It helps to give a positive impression and value tentang anda. You appreciate time. You can communicate in a concise way. Ini hal-hal kecil yang membawa anda untuk sukses in building networking. Kalau anda mengobrol, berdiskusi, jangan tanya elementer. Bapak lahir dimana? Besar dimana? Gak usah, gak penting itu. Anda harus tanya sesuatu yang anda tahu."Pak, kenapa pada tahun 2004 Bapak ambil keputusan ini?" This guy knows he did his homework. 

Ini belum selesai. InsyaAllah dilanjutkan lain waktu ya! :-)


Pak Anies Baswedan & Pengajar Muda Angkatan IV Kab. Bima



 

Tidak ada komentar: