Translate

Kamis, 08 Januari 2015

Inferior dan Superior

Siang tadi saya ngobrol lumayan panjang dengan atasan saya. Obrolan tiba-tiba mengarah ke perekonomian Jepang baru-baru ini. Sejak berada di Indonesia, atasan saya sering kali diperlakukan istimewa oleh orang-orang Indonesia. Belakangan, atasan saya baru menyadari bahwa orang Indonesia sering kali melihat orang asing, terutama yang berkulit kuning dan putih, berada di strata sosial yang lebih tinggi dari orang lokal (baca:Indonesia). Orang asing sering dipandang sebagai yang lebih pintar, lebih kaya, lebih bisa kerja bagus. Bangsa Indonesia adalah inferior sedangkan bangsa kulit kuning dan putih adalah superior, mungkin seperti itulah istilah yang bisa disematkan. Apakah kenyataannya memang demikian?

"Sore wa zettai machigai yo!" (Itu salah besar ya!), demikian bantahan atasan saya. Ia melanjutkan, "Orang Jepang pun banyak yang miskin, sulit mencari pekerjaan, homeless semakin bertambah", begitu lanjut atasan saya.

Saya kemudian teringat sebuah serial drama yang berjudul "Papadoru". Tokoh utama drama tersebut adalah ibu muda, single parent, bernama Haruka. Setelah bercerai dengan suaminya, Haruka harus mati-matian menghidupi ketiga anaknya. "Kalau siang malam tidak bekerja, kami bisa makan apa?", begitu kata Haruka di salah satu episodenya. Diceritakan bahwa Haruka harus bekerja di 2 tempat dalam sehari, pagi sampai malam.

Serial drama lainnya yang menggambarkan sulitnya perekonomian Jepang adalah "Priceless". Takuya Kimura, pemeran utama di serial tersebut melakonkan tokoh seorang karyawan perusahaan yang baru saja mengalami pemecatan. Setelah dipecat, ia menjadi homeless karena tidak bisa menyewa tempat tinggal. Setting drama kemudian lebih banyak menggambarkan tentang kehidupan para homeless yang makan dari pemberian orang, tidur di pinggir jalan, berselimut kardus, kedinginan waktu musim dingin, dst. Masih di drama Takuya Kimura ini juga, sempat ada cerita tentang pemulung yang memunguti kaleng bekas minuman dari tempat sampah.

Cerita yang tergambar dalam 2 serial drama tersebut memang mewakili apa yang terjadi di Jepang saat ini. Di sebuah negara yang sudah masuk dalam kategori negara maju semacam Jepang pun masih ada yang namanya orang miskin, gembel, pemuda lontang-lantung bingung mencari kerja, dan sebagainya.

Jadi, apakah kita masih menganggap bangsa kita inferior?



Tidak ada komentar: