Akhir-akhir ini saya sedang sangat suka melihat acara televisi Jepang berjudul Sanma No Manma. Acara talkshow yang dipandu oleh Sanma Akashiya, yang tak lain adalah seorang komedian ini, selalu menghadirkan aktris, aktor dan penyanyi Jepang. Saya menyukai acara ini karena tema yang dikupas selalu ringan namun menarik (baca: lucu) sehingga sering membuat saya terpingkal-pingkal sendiri.
Tayangan terakhir Sanma No Manma yang saya tonton dan cukup membuat saya mengernyitkan dahi adalah episode dengan bintang tamu Kara, girl band asal Korea. Tidak biasanya Sanma No Manma mengundang selebritis luar Jepang, begitu yang saya batin.
Kara sejak beberapa tahun yang lalu mengadakan ekspansi pasar musiknya ke Jepang. Mereka meluncurkan beberapa lagu berbahasa Jepang yang kemudian laku keras di negeri matahari terbit itu. Di Jepang, selain lagu-lagunya yang laku keras, Kara juga pernah mendapatkan penghargaan musik bergengsi semacam Oricon dan beberapa penghargaan lainnya.
Saat hadir dalam talkshow Sanma No Manma itu, semua anggota Kara sangat lancar berbicara dalam Bahasa Jepang ternyata. Saya dengarkan baik-baik isi talkshow yang sepenuhnya berlangsung dengan Bahasa Jepang itu dan saya dapatkan fakta bahwa gadis-gadis cantik asal Korea tersebut memang sudah menguasai Bahasa Jepang dengan sangat fasih. Bahkan, mereka bisa menangkap sense of humor orang Jepang. Orang yang tak benar-benar belajar Bahasa Jepang tak mungkin bisa mengerti ini.
Kesuksesan Kara di Jepang tak lepas dari kerja keras pihak management-nya yang mempersiapkan personil Kara dengan sangat baik sebelum melebarkan sayap mereka ke luar negeri. Selain pandai menyanyi dan menari, personil Kara harus mahir berbahasa Jepang untuk memuluskan ekspansinya ke Jepang. Fenomena semacam ini rasanya belum banyak atau bahkan belum ada di industri hiburan negara lain.
Seperti yang kita ketahui bahwa sejak tahun 2000an industri hiburan Korea mengalami perkembangan yang cukup mencengangkan. Drama dan musik Korea atau yang lebih dikenal dengan istilah K-Pop, mulai digandrungi oleh anak muda dari berbagai belahan dunia. Ini tak lain karena peran pemerintah Korea yang memberikan perhatian penuh pada industri yang digadang-gadang bisa meraup devisa sebanyak-banyaknya itu.
Pekerja dunia hiburan dipersiapkan sedemikian rupa sehingga jadilah mereka aktris atau aktor yang serba bisa dan pantas menjadi idola baik di dalam negeri mereka maupun luar negeri. Secara fisik mereka juga mendapat perawatan dan pelatihan khusus dengan standar yang mumpuni. Setiap latar yang akan dijadikan lokasi syuting film, drama atau video klip dipersiapkan khusus sehingga bisa menarik wisatawan asing untuk mengunjungi tempat itu. Sebagai contoh, Nami Island, lokasi pengambilan gambar drama berjudul Winter Sonata, drama yang pernah meledak di berbagai negara beberapa tahun lalu itu, kini menjadi destinasi wisata favorit bagi turis asing.
Itulah kisah sukses pemerintah Korea mengelola dunia hiburan untuk memperkaya negara mereka. Jika apa yang dilakukan oleh pemerintah Korea ini diwakili dengan sebuah peribahasa, maka "sekali mendayung dua, tiga pulau terlampaui" adalah peribahasa yang pas. Industri pariwisata ikut berkembang seiring dengan dikembangkannya industri hiburan. Lalu, bagaimana dengan dunia hiburan di negara kita?
*Melihat daftar film lokal yang masih didominasi film bertema pocong dan roman picisan, saya jadi ingat meme yang sedang booming saat ini: "Di situ kadang saya merasa sedih!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar