Translate

Kamis, 23 April 2015

Suatu Petang di Jalan Galuh

Beberapa hari ini negara kita sedang menggelar hajatan besar, Konferensi Asia-Afrika. Puluhan kepala negara, kepala pemerintahan dan menteri hadir dalam acara yang dulu digagas oleh founding father kita, mantan Presiden Soekarno. Untuk memperlancar akses mobilitas para tamu negara itu, beberapa ruas jalan di Jakarta dan Bandung disterilkan dari kendaraan pribadi dan umum pada jam-jam tertentu. Imbasnya adalah, terjadi kemacetan yang luar biasa di jalan-jalan sekitar jalan yang disetrilkan karena adanya penumpukan kendaraan.

Rabu, 22 April kemarin, saya mempunyai kegiatan di kantor Indonesia Mengajar (IM) di Jalan Galuh II, Kebayoran Baru. Menjelang maghrib, metromini yang saya tumpangi terjebak kemacetan di Jalan Kyai Maja, dekat Kejaksaan Agung. Rencanaya, dari blok M saya akan naik Trans Jakarta dan turun di halte Bunderan Senayan. Namun, saya mendapat kabar bahwa jalur Busway koridor 1 (Blok M - Kota) masih ditutup dan baru akan dibuka jam 18.30. Tanpa pikir panjang, saya yang masih terjebak macet segera turun dari metromini kemudian berjalan kaki ke kantor Indonesia Mengajar. Saya nyalakan GPS dan Googlemaps untuk mencari jalan alternatif terdekat menuju kantor IM.  

Setelah berjalan kurang lebih 1,5 km, sampailah saya di tempat tujuan dengan nafas ngos-ngosan. Cepat-cepat saya mengambil wudhu untuk sholat maghrib karena itu hampir jam 18.30. Selesai sholat, saya mengobrol dengan Teh Nani dan Vivi yang datang beberapa saat setelah saya. Kemudian masuklah mas Icus, manajer divisi Pengelolaan Pengajar Muda dan Daerah (PPMD). Sudah hampir 2 tahun saya tidak bertemu dengan ayah satu anak ini. Terakhir kali bertemu adalah dua tahun yang lalu saat orientasi pasca penugasan Pengajar Muda (PM) angkatan IV. 

"Halo Mas Icus!", saya menyapanya. "Haloo", jawabnya singkat. Karena dulu semasa menjadi PM saya hanya remah-remah rempeyek di antara ratusan PM yang super keceh, saya beranggapan bahwa saya pasti kurang dikenal oleh punggawa IM. Makanya saya kemudian bertanya, "Pasti mas Icus gak ingat saya kan?" dengan muka yang sedikit merengut karena membayangkan jawaban yang akan keluar dari bibir mas Icus. 

Saat itu saya lelah karena sepulang kerja langsung meluncur ke kantor IM. Saya juga lapar karena saat itu adalah jam makan malam sedangkan saya belum sempat makan. Rasa lelah dan lapar ditambah bayangan akan jawaban mas Icus membuat suasana hati saya mengerut. Jika Mas Icus memang tidak ingat saya, lengkap sudah persayaratan yang bisa membuat saya bermuram durja (halah! opo to iki?)

"Ingatlah", jawab mas Icus tiba-tiba. Mata saya rasanya seperti mendapat tambahan daya setelah mendengar jawaban itu. "Hayo siapa nama saya?", saya belum percaya sepenuhnya. "Metias Kurnia Dita!", disebutkannya nama lengkap saya. "Huaaaaa.... Mas Icus ingat nama saya!", saya bersorak kegirangan. Bukan main senangnya hati saya karena saya "diingat". Lalu, Kak Shally yang ada di ruangan itu menimbrung, "Mas Icus mah ingat semua PM dan para pendaftar PM yang ribuan itu bahkan!" Saya yang masih larut dalam kebahagiaan, tak mengindahkan kata-kata Kak Shally. 

Kalau dipikir-pikir, sebenarnya memang wajar Mas Icus mengingat saya karena beliau adalah manajer PPMD. Urusan per-PM-an tentu sudah nglothok di luar kepala. Namun, saya tetap bahagia. Bukan karena saya merasa "istimewa" sehingga layak untuk diingat, melainkan karena respos positif yang Mas Icus berikan. Apa jadinya jika kala itu beliau merespon, "Duh, maaf saya lupa. PM angkatan berapa ya?" Tentu saya akan benar-benar bermuram durja!

Lumrah juga sebenarnya jika kita melupakan orang yang sudah lama tidak kita temui, terutama mereka yang sebelumnya hanya sekali dua kali bertemu dan berkomunikasi langsung dengan kita. Namun ternyata, jika orang tersebut masih mengingat kita, itu menghangatkan perasaan kita. Maka, sejak malam itu, saya berniat untuk melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan mas manajer PPMD ini. Walaupun ini mungkin sulit, karena harus melibatkan hati dan fikiran, saya akan mencoba. Yosh!


Foto saya comot dari website Indonesia Mengajar :-)

Tidak ada komentar: