Translate

Kamis, 23 Juni 2011

Pahlawan Tanpa Tanda Jasa Itu Ada di Sini




Sejak kepemimpinan Beliau, sederet prestasi anak-anak gunung ini berhasil Beliau gali dan tunjukkan di tingkat kabupaten dan Propinsi. Dari olimpiade SAINS hingga kesenian berhasil menembus tinggkat Kabupaten. Bahkan, di tingkat Atletik, Pak Ghofur berhasil menggali bakat seorang pelari putri hingga menembus tingkat Propinsi. Beliau menyebut anak-anak Ngadirejo ini sebagai mutiara yang terpendam. Tugas beliau dan para guru adalah menggali mutiara-mutiara itu dan menjadikan mereka bersinar hingga semua orang bisa menikmati kilauan cahayanya.
            
Jarak rumah Pak Ghofur ke Ngadirejo tak kurang dari 45 km. Jadi, setiap hari setidaknya 90 km Beliau tempuh untuk pulang pergi Ngadirejo ke Kota Probolinggo, rumah Beliau. Jam 6 pagi biasanya Beliau berangkat dari kota Probolinggo dengan mengendarai sepeda motor. Cuaca pegunungan dengan curah hujan yang cukup tinggi terkadang menghalangi Beliau untuk Pulang ke kota Probolinggo setelah menyelesaikan tugasnya di sekolah. Beliau harus menginap di sekolah jika hujan deras tiba dan tak kunjung reda sedangkan hari sudah semakin gelap. Beberapa guru kadang juga harus menginap di sekolah jika tak memungkinkan lagi untuk turun gunung.

Selain karena faktor cuaca, ada satu faktor lagi yang membuat para guru pulang lebih akhir dari pada guru-guru di sekolah lainnya. Faktor itu adalah tidak adanya jam di SDN Ngadirejo. Maksudnya adalah, guru mengajar sesuai keinginan siswa. Jika siswa menginginkan terus belajar, maka guru akan menuruti mereka. Bahkan, tererkadang jam 02.00 siang sekolah baru usai. Siswa lebih sering keasyikan belajar di sekolah, nyaris tak ada waktu untuk bosan.

Pak Ghofur, juga para guru lainnya sepertinya tidak mengenal hari libur terutama tiga bulan belakangan ini ketika bencana Bromo meluluh lantahkan sekolah mereka, SDN Ngadirejo. Ketika memang ada sesuatu yang harus dikerjakan di sekolah, maka mereka akan tetap berangkat ke sekolah meskipun hari itu adalah tanggal merah. Ini adalah karena kecintaan mereka pada sekolah dan para siswa. Mereka posisikan para siswa sama seperti anak-anak mereka seniri. Suatu ketika Pak Ghofur pernah berkata kepada Pak Wul. Waktu itu Pak Ghofur memilih untuk menginap di sekolah karena harus mengerjakan banyak hal beberapa saat setelah sekolah roboh terkena hujan pasir Bromo. Begini kata Beliau, “Kalau Saya pulang ke Probolinggo, bagaimana dengan anak-anak Saya di sini?” Seperti itulah sosok Pak Kepala Sekolah. Semoga cinta beliau pada anak-anak berbalas cinta Allah Yang Maha Indah.

Semua guru di sekolah ini hebat! Aku paling kagum dengan para guru GTT yang walaupun dengan gaji yang tak seberapa, tetap bisa mengajar para siswa dengan sepenuh hati. Bisa jadi gaji itu hanya cukup untuk ongkos transportasi dari rumah mereka ke sekolah. Bahkan mungkin tidak cukup. Ada seorang GTT yang jarak rumahnya ke sekolah adalah 45 km. Apakah gaji beliau cukup untuk ongkos transportasi sejauh itu? Wallau ‘alam. Yang jelas, beliau tetap semangat mengajar, berbagi ilmu dengan anak-anak Naga Betara. Semoga Allah memberkahi ilmu Beliau sehingga bisa mengantarkan Beliau ke pintu syurga. Amin ya Rabb…!

Status Mereka memang guru bagi para siswa SDN Ngadirejo, tapi sebenarnya Mereka juga guru bagi kami. Dari para guru hebat ini kami belajar menjadi bijaksana, belajar menjadi seseorang yang layak dicontoh dan dicintai, serta belajar untuk ikhlas memberi dan berbagi. Inilah yang manis, yang indah dan yang tak terlupakan dari sepekan berada di tengah-tengah para manusia teladan.   

Tidak ada komentar: