Translate

Jumat, 19 Desember 2014

Smart Ekselensia Indonesia

Dialah Kak Shally. Kakak berdarah Padang-Melayu ini adalah Pengajar Muda angkatan pertama yang bertugas di Kabupaten Bima bersama delapan Pengajar Muda Lainnya. Semasa kuliah, Kak Shally mendapat beasiswa penuh (beaya kuliah, uang saku dan fasilitas asrama) dari Dompet Dhuafa. Nama beasiswa ini adalah beasiswa Etos. Sepertinya sudah banyak orang yang familiar dengan beasiswa yang satu ini. Pengalaman sebagai Etoser (sebutan untuk penerima beasiswa Etos) membuat Kak Shally berjejaring dengan orang-orang di Dompet Dhuafa.

Nah, kesempatan itulah yang kemudian Kak Shally manfaatkan untuk melobi pihak Dompet Dhuafa agar melakukan seleksi beasiswa Smart Ekselensia di wilayah Bima (NTB). Kak Shally melihat bahwa di daerah pedesaan di NTB banyak sekali anak-anak cerdas namun tidak bisa melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi dan lebih baik karena keterbatasan ekonomi dan fasilitas penunjang. Maka dari itu, kakak berkacamata ini meyakinkan Dompet Dhuafa agar membuka seleksi di daerah dimana selama setahun ia bertugas sebagai Pengajar Muda. Ide itu pun akhirnya diterima oleh Dompet Dhufa sebagai pihak pemberi beasiswa.


Sedikit cerita, sebagai organisasi pengelolah zakat, infaq dan shodaqoh, Dompet Dhuafa memiliki berbagai program terkait pendidikan diantaranya adalah Beastudi Etos dan Beasiswa Smart Ekselensia Indonesia (SEI). Jika Etos menyasar mahasiswa, maka Smart Ekselensia Indonesia menyasar siswa SMP dan SMA. Siswa-siswa (putra) lulusan SD yang memiliki potensi akademik yang bagus dan berasal dari keluarga tidak mampu berhak mendaftar beasiswa SEI ini. 


Ada beberapa tahapan seleksi beasiswa SEI . Pertama, seleksi berkas yaitu berupa foto copy raport dari kelas IV sampai kelas VI, surat keterangan pendapatan orang tua, rekening listrik, dll (Info lengkapnya ada di website www.smartekselensia.net). Tahap selanjutnya adalah tes tertulis untuk mengukur potensi belajar calon penerima beasiswa. Tes ini berupa tes Bahasa Indonesia, Matematika, mengarang, Agama Islam, dll (Mohon maaf saya lupa detailnya). Jika lolos dalam tes ini, peserta akan masuk dalam psikotes dan wawancara. Terakhir, survei langsung dari perwakilan Dompet Dhuafa untuk melihat kondisi rumah dan keluarga calon penerima beasiswa.


Bagi anak-anak yang lolos serangkaian tes itu berhak mendapatkan beasiswa untuk bersekolah di SMP-SMA Smart Ekselensia Dompet Dhuafa yang ada di Bogor, Jawa Barat. SMP-SMA akan mereka tempuh dengan sistem percepatan  yakni selama 5 tahun. Semua lulusan sekolah ini diproyeksikan untuk masuk ke perguruan tinggi negeri di Indonesia.


Melalui usaha Kak Shally, pada tahun 2012 mulailah anak-anak di Bima bisa mengikuti seleksi beasiswa ini. Kak Shally dan teman-teman sesama Pengajar Muda Bima menyosialisasikan beasiswa ini ke sekolah dimana mereka bertugas dan sekolah-sekolah lainnya. Setelah melalui proses sosialisasi dan rekrutmen yang panjang, didapatkanlah satu nama siswa yang berhak bersekolah di Bogor dengan beasiswa penuh. Dialah Abdullah, seorang anak dari SDN 2 Rupe, sebuah sekolah yang berada di Kecamatan Langgudu, kecamtan dimana Pengajar Muda Mutia Amsuri Nasution dan Gatot Suarman bertugas. (Cerita tentang Abdullah ini pernah saya tulis juga beberapa waktu yang lalu).


Setelah melihat Abdullah yang bisa lolos dalam tahapan seleksi yang cukup melelahkan itu, pada tahun 2013 semakin banyak kepala sekolah SD yang mendaftakan siswa-siswanya dalam beasiswa ini. Sebagai Pengajar Muda yang bertugas di Langgudu saat itu, saya tidak kesulitas melakukan sosialisasi karena para kepala sekolah sudah banyak yang paham tentang beasiswa ini. Lagi,-lagi, satu anak Langgudu lolos dalam seleksi ini. Dia adalah Awaluddin, siswa SDN Karumbu. Jadilah 2 tahun berturut-turut NTB diwakili siswa dari Kecamatan Langgudu. Selanjutnya, pada tahun 2014 sistem seleksi sedikit diubah. Pada tahun sebelumnya, setiap propinsi hanya berhak mengirimkan 1 wakil. Namun, pada tahun 2014 sistem kuota ini diubah menjadi sistem urutan nilai seleksi tertinggi. Anak-anak yang nilai seleksinya berada pada urutan teratas, berhak mendapatkan beasiswa ini tanpa melihat asal propinsinya.


Melihat peluang itu, Pengajar Muda Diah Septyadari, Pengajar Muda penerus Kak Mutia dan Saya, lebih giat membuat persiapan untuk menghadapi seleksi. Beberapa minggu lamanya Diah dan guru-guru lokal melatih anak-anak untuk mengerjakan soal-soal mata pelajaran dan psikotest. Alhamdulillah, lagi-lagi ada anak Langgudu yang lolos. Kali ini, tidak tanggung-tanggung, 6 anak yang lolos melenggang ke Bogor.


Saat ini, Abdullah sudah kelas 3, Awaludidin kelas 2 dan keenam anak lainnya kelas 1. Perjalanan mereka masih sangat panjang. Tentu saja, akan ada rintangan-rintangan dalam mereka mencari ilmu. Mudah-mudahan Allah selalu memudahkan langkah mereka dalam tholabul 'ilmi ini.


                                                                                              ***

Jika ini disebut sebagai suatu pencapaian positif, maka sejatinya ini adalah hasil kerja sama yang apik dari berbagai pihak, Dompet Dhuafa sebagai pemberi beasiswa, Pengajar Muda sebagai penyampai informasi, Kepala Sekolah sebagai pemberi fasilitas anak-anak agar bisa mengikuti seleksi, guru-guru lokal yang tak pernah lelah membuat persiapan terbaik untuk anak-anak didik, juga orang tua murid yang sepenuhnya memberikan dukungan dan semangat kepada putra mereka.  Kerjasama yang sungguh manis :-)


Anak-Anak Kelas I


Anak-Anak Kelas I


Asrama Anak-Anak

*Ketiga foto tersebut diambil oleh Ustad Khodam, Wali Asrama Kelas I

2 komentar:

riskaaa mengatakan...

kak saya ingin daftar etos boleh sharing?

Perpustakaan Balita Ceria mengatakan...

Boleh dek. Tapi saya bukan penerima beasiswa Etos. Jadi, kalau mau sharing, mungkin saya tidak bisa memberi banyak informasi.