Translate

Rabu, 25 Februari 2015

Piknik Jakarta Ceria #1

1. Museum Nasional
Hari Minggu tanggal 8 Februari lalu, saya, Rida dan seorang teman Rida jalan-jalan ke beberapa tempat di Jakarta. Tujuan pertama sebenarnya ke Galeri Nasional. Kami akan melihat pameran serba-serbi tentang Pangeran Diponegoro. Beberapa hari sebelumnya, teman saya memberi tahu saya tentang pameran itu. Katanya, Galeri Nasional itu ya Museum Nasional a.k.a Museum Gajah. Makanya, pagi itu kami naik KRL dari Jatenegara, dekat kos Rida, kemudian turun di stasiun Juanda dan sambung naik bus Trans-Jakarta turun di halte Monas. Museum Gajah persis berada di seberang halte. 

Saat akan masuk, kami bertanya kepada petugas museum dimanakah tempat diselenggarakannya Pameran Diponegoro. "Wah, itu di Galeri Nasional, Mbak. Naik busway sekali lagi turun di Gambir", jawab bapak petugas museum yang tampak ramah itu. Saya dan 2 teman saya pun saling pandang sejenak kemudian tertawa menyadari kekonyolan kami. Karena diantara kami bertiga belum pernah ada yang mengunjungi Museum yang katanya kaya akan benda-benda bersejarah dari berbagai daerah di tanah air ini, kami memutuskan untuk masuk dan melihat-lihat koleksi museum. Toh tiketnya hanya Rp 5000.

Kami pun mulai berkeliling. Ternyata lengkap sekali koleksinya. Selasar sebelah kanan memajang benda-benda warisan budaya dari 34 propinsi. Perkakas rumah tangga, baju adat, perhiasan, senjata, alat musik, piranti upacara adat, dll. Semua tersimpan dalam lemari-lemari kaca dengan penataan yang menarik. Setiap benda koleksi diberi informasi ringkas dan jelas.

Di ruang-ruang berikutnya berturut-turut dipajang koleksi replika rumah adat, alat-alat dari keramik, benda-benda peninggalalan kerajaan Hindhu-Budha seperti archa dewi-dewi. Tak ketinggalan juga artefak dari zaman batu dan zaman perunggu. Saat memasuki area koleksi zaman prasejarah ini, mata saya langsung tertuju pada 3 buah nekara berdiameter kurang lebih masing-masing 1 meter yang dipajang tepat di tengah ruangan. "Wow, ternyata besar juga ya nekara itu", batin saya. Ingatan saya langsung melayang ke pelajaran Sejarah sewaktu saya SMP. Teman-teman sekelas saya sering memplesetkan kata "nekara" menjadi "neraka". Kenakalan anak baru gedhe, hehe..

Setelah kurang lebih satu jam berkeliling Museum Nasional, kami bersepakat menyukupkannya karena masih ada beberapa tempat yang ingin kami kunjungi. Belum puas sebenarnya, belum semua dilihat dan dibaca. Semoga lain kali bisa ke sini mengajak anak sendiri, anak saudara, anak tetangga atau anak siapa saja yang mau, hehe.. Soalnya tempat ini memang cocok sekali untuk mengenalkan anak-anak akan wisata budaya negeri kita tercinta. 
Nekara

2. Galeri Nasional
Sesuai namanya, Galeri Nasioanal adalah tempat memamerkan berbagai karya seni baik seni rupa, kriya, maupun sastra. Di ruang utama galeri ini dipakai untuk mengadakan pameran tematik secara berkala. Kebetulan, saat itu sedang berlangsung pameran bertajuk Diponegoro. 

Saat tiba di galeri yang letaknya hanya sepelemparan batu dari Stasiun Gambir ini (sepelemparan batu: meminjam istilah Tere Liye, hehe), kami takjub karena pengungjung pameran sangat membludak sehingga kami harus berdiri di barisan antrian yang sudah mengular. Setelah mengantri, pengunjung hanya diberikan waktu 15 menit untuk menikmati serba-serbi karya tentang Diponegoro. Kenapa hanya 15 menit? Alasannya jelas, agar bisa bergantian dengan pengunjung lainnya.

Saat sudah berada di dalam ruangan pameran, kami mulai menyusuri satu persatu karya tentang Diponegoro. Ada lukisan dari beberapa pelukis kenamaan, buku-buku baik berbahasa Indonesia maupun Inggris, diagram perjalanan hidup Diponegoro dari lahir sampai meninggal, gambar dengan media kapur tentang kronologi perang Diponegoro, dll. Sangat menarik dan informatif. Salah satu informasi yang menarik bagi saya adalah bahwa saat berada dalam masa interniran (pembuangan) oleh Belanda di Makassar, Pangeran Diponegoro ternyata menulis 2 manuskrip: Sejarah Ratu Jawa dan Hikayat Tanah Jawa, sebagai bahan bacaan bagi ketujuh anaknya yang lahir di pengasingan. Wow, keren sekali, kan?


3. Planetarium
Selesai menikmati 15 menit yang berharga, kami naik kopaja menuju Taman Ismail Marzuki (TIM) di Cikini. Kami berencana akan menonton pertunjukan film tentang benda-benda luar angkasa di Planetarium yang mana berada di komplek TIM ini. Sayang seribu kali sayang, hari itu film sedang tidak diputar karena ada alat yang rusak. Ini adalah ke-dua kalinya saya berkunjung ke Planetarium untuk menonton film namun kedua-duanya saya gagal menonton. Saya cukup kecewa, tapi ya sudahlah. Kata Rida, "Ini namanaya belum jodoh, Dit!"

Jadilah siang itu kami hanya makan siang di komplok TIM dan sholat dzuhur di sebuah mushola milik hotel yang terletak persis di depan komplek TIM. Selesai sholat, kami berjalan kaki ke Taman Suropati.

Planetarium
Gerbang Komplek Taman Ismail Marzuki

4. Taman Suropati
Teman saya pernah menulis di blog pribadinya tentang taman yang berada di kawasan Menteng ini. Karena penasaran, saya akhirnya mengajak Rida untuk sekalian pergi ke sini. Dan, ternyata Taman Suropati yang akhirnya saya kunjungi ini, persis seperti yang dituliskan teman saya di blog-nya. Pepohonan besar yang rindang, bebungaan yang terawat cantik, rerumputan hijau yang terpangkas rapih membuat pengunjung betah berlama-lama  berada di Taman ini. Bangku-bangku tersedia cukup banyak untuk duduk-duduk. Pengunjung pun tidak hanya berduduk santai sambil mengobrol atau membaca buku di sini, diantara mereka ada yang bermain dengan hewan peliharaannya, berlatih biola, berlatih teater, mengawasi anak-anaknya bersepeda, berfoto-foto, dsb. Ah, seandainya tempat tinggal saya berada dekat dari sini, ingin rasanya sering-sering berkunjung ke taman ini sambil membaca buku. 



5. Majid Agung Sunda Kelapa
Tujuan terakhir kami adalah Masjid Agung Sunda Kelapa. Menurut kabar yang saya dengar, masjid ini cukup khas karena bangunannya yang "antimainstream" pada zaman dibangunnya. Arsitektur masjid ini tidak seperti masjid pada umumnya yang memiliki kubah dan simbol bulan bintang. Saat akhirnya saya bisa berkunjung ke masjid ini, saya sedikit terkejut. Ternyata lingkungan masjid ini tidak cukup bersih. Sampah berserakan di mana-mana, di tempat wudhunya tercium bau yang tidak sedap. Itu patut disayangkan.


But anyway, perjalanan hari itu sangat memuaskan. Senang sekali rasanya. Saat mau pulang, kami sudah merencanakan tempat-tempat mana lagi yang akan kami jelajahi bulan depan (Maret). Yosh! Semoga nanti lebih menyenangkan. :-)

Tidak ada komentar: