Translate

Jumat, 24 Oktober 2014

KL -Part 2-

Selasar luas dan berkarpet, nyaman untuk melepas kantuk
Akhirnya baru punya niat untuk melanjutkan tulisan KL-Part 1-. Baiklah, kita mulai saja yuk! Tanggal 30 Agustus 2014 jam 23.50 pesawat kami mendarat di bandara KLIA 2. Seperti rencana awal, kami menginap di bandara. Setelah melewati pintu keluar terminal kedatangan internasional, kami melihat ada selasar yang cukup luas dimana orang-orang dengan berbagai warna kulit tidur. Wow, kita bisa istirahat di sana! Kami pun segera menuju tempat yang sepertinya nyaman untuk sebentar melepas kantuk kami itu.

Benar saja, tempat itu memang nyaman karena beralaskan karpen yang cukup tebal dan jika ingin memasuki area berkarpet itu orang-orang harus melepas sepatu/sandal mereka. Dengan begitu, kami bisa menggelempar di sana tanpa takut terkena kotoran/najis.Karena pada dasarnya saya adalah orang yang bisa tidur di mana saja, saya pun langsung terbang ke alam mimpi padahal Tami dan Tika masih membereskan barang.Hehe.. Senang sekali bisa menemukan tempat seperti ini, tempat yang tidak saya temukan di Indonesia. Sungguh manusiawi bandara negara tetangga ini. Nasib para traveler yang mini budget seperti ini ternyata difikirkan dengan cara menyediakan tempat menginap yang cukup layak.



Saat waktu subuh tiba, terdengar pengumuman dari petugas bandara bahwa waktu sholat subuh untuk wilayah Kuala Lumpur sudah tiba. Kami lalu membersihkan diri dan berwudhu. Selesai sholat, kami langsung mencari bus yang akan membawa kami ke KL-Sentral. Kami pun dengan mudah menemukan dimana bus itu berada. Sebanyak 10 Ringgit kami bayar untuk bus yang kurang lebih selama 1 jam membawa kami menuju KL-Sentral itu. Pagi itu, kami berencana untuk pergi ke Batu Cave sebagai tujuan pertama karena letaknya yang cukup jauh. Sebelum naik monorail ke Batu Cave, di dekat KL-Sentral kami mampir makan nasi lemak dengan seharga RM 2.5. Ternyata, penjual nasi lemak itu adalah pasutri dari Indonesia. Si suami adalah orang Madura, sedangkan Istrinya orang Palembang. Mereka sudah lebih dari 20 tahun tinggal di Kuala Lumpur sehingga anak-anaknya pun sudah menjadi warga negara Malaysia. Kami pun mengobrol dengan antusias. Si Bapak memberi tahu kami bahwa hari itu, tanggal 31 adalah hari ulang tahun kemerdekaan Malaysia. Di Merdeka Square akan ada pawai besar-besaran yang hanya ada ketika hari merdeka saja. Maka, kami pun mengubah rencana. Hari pertama itu kami habiskan untuk mengunjungi Merdeka Square dan daerah sekitarnya. Esok harinya baru kami ke tempat yang jauh.

Si Bapak mengatakan bahwa dari KL-Sentral ke Merdeka Square jaraknya dekat saja, tidak perlu naik angkutan umum, cukup jalan kaki. Oke, kami menuruti saran beliau. Ternyata oh ternyata, sudah berjalan hingga peluh bercucuran dan bertanya ke beberapa orang yang tidak semuanya menjawab dengan ramah, kami belum juga menemukan tempat yang dituju. Karena saking lelahnya, kami malah berbelok dulu ke National Mosque dan Islamic Art Museum Malaysia. Oleh karena itu, kami baru sampai di Merdeka Square saat acara pawai baru saja selesai. Untungnya, orang-orang masih ramai memenuhi jalanan Merdeka Square. Musik-musik masih diperdengarkan. Betapa terkejudnya saat kami menyadari bahwa lagu yang sedang dinyanyikan pada saat itu adalah lagu berjudul "kehilangan" yang dipopulerkan oleh Firman Idol beberapa tahun yang lalu.
National Mosque

Berfoto dengan keluarga setempat

Berkunjung ke Malaysia pada saat HUT Kemerdekaannya adalah hal yang mengesankan bagi kami. Apalagi, itu adalah hal kebetulan yang sebelumnya tidak kami ketahui. Beginilah serunya jalan-jalan. Selalu saja ada kejutan yang mengesankan entah itu hal yang menyenangkan atau sedikit menyebalkan. 

Di sepanjang jalan menuju Meredeka Square itu kami melewati bangunan-bangunan eksotis peninggalan Inggris. Bangunan-bangunan tersebut difungsikan untuk perkantoran dan museum.Semua terjaga dan terawat rapih.
Gedung KTM, salah satu perusahaan kereta api Malaysia


Museum Tekstil Negara


Lupa apa nama gedung ini hehe






Tidak ada komentar: