Ini Senin menjelang tengah malah. Hujan terdengar begitu keras jatuh di atap kereta yang ku tumpangi. Sudah 20 menit aku duduk manis di kursiku namun kereta baru mulai berjalan beberapa detik lalu. Ku pejamkan mataku, ku bisikkan doa-doa.
Aku selalu suka perjalanan. Katanya, orang yang sedang dalam perjalanan itu doanya mustajab. Itulah, salah satu alasan kenapa aku suka perjalanan. Apalagi, ketika aku mengadakan perjalanan sendirian menuju tempat-tempat yang jauh, rasanya itu cocok sekali untuk menggumamkan doa sebanyak-banyaknya. Alasan lain, aku suka perjalanan karena aku punya kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang baru, menikmati aroma tempat-tempat baru. Itu semua mengalirkan motivasi dan inspirasi baru.
Dulu ketika di Bima, murid-muridku sering bertanya,
"Apa cita-cita Ibu?"
Aku menjawab, "Ingin berkeliling dunia"
"Kenapa ingin berkeliling dunia?"
"Karena Ibu mau mencari kebijaksanaan"
Ah, entah mereka mengerti perkataanku atau tidak. Tapi, lambat laun mereka pasti akan mengerti karena mereka adalah anak-anak yang cerdas.
Siang tadi aku mendapat kiriman surat dari Fani, salah satu siswaku di Bima. Fani mengungkapkan bahwa perkataanku yang paling dia ingat adalah "Orang sukses itu kalau berjalan cepat". Jujur, aku sangat terharu ia masih mengingat kata-kataku itu. Semoga ia tidak sekedar ingat deretan kata-katanya, tetapi juga mengerti maknanya.
"Perjalanan" dan "berjalan" adalah dua kata yang memiliki kata dasar yang sama yaitu "jalan". Bagi anak-anak seperti Fani, kata "berjalan" secara leksikal mungkin dapat dengan mudah ia pahami. Berjalan, sebuah aksi yang dilakukan dengan cara melangkahkan kaki untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Menurutku, ketika Fani sudah mengerti kata-kata "Orang sukse s itu berjalannya cepat", dan kemudian melakukan ikhtiar dengan cara membiasakan diri untuk berjalan cepat untuk mencapai kesuksesan, itu sungguh sesuatu yang luar biasa.
Pada masanya nanti, Fani akan belajar tentang "perjalanan", sebuah kata yang menurutku sedikit lebih sulit. Dalam hal ini, perjalanan berarti bukan sekedar perjalanan Fani dari rumah ke sekolah atau dari rumah ke dermaga. Nanti, ketika usianya bertambah, skala jangkauanya dalam berjalan pun akan bertambah. Dari desa kecilnya, Karumbu, ke Kota Bima, kemudian ke Dompu atau Mataram, atau Jakarta atau entah sudut bumi yang manakah. Perjalanan yang tidak hanya dia tempuh dengan melangkahkan kaki tetapi juga dengan menumpang oto, kapal atau alat transportasi temuan Wright bersaudara. Dan dari perjalanan itu, insyaAllah dia akan menemukan kebijaksanaan. Teruslah berjalan Zulfani Ramadhini, Ibu berdoa untuk kebaikanmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar