Translate

Kamis, 02 Oktober 2014

Kondisi Akhir Terbaik

Tujuan besar Gerakan Indonesia Mengajar adalah untuk mengubah entitas perilaku masyarakat. Untuk itu, IM mengirim Pengajar Muda (PM) di sebuah daerah selama 5 tahun. Waktu 5 tahun itu sebenarnya mungkin belum cukup untuk mengubah perilaku masyarakat ke arah yang lebih baik. Namun, IM memiliki rencana gerak yang sistematis sehingga dalam waktu 5 tahun itu bisa dicapai kondisi akhir terbaik.

PM angkatan pertama di sebuah daerah mempunyai tugas ibarat pembabat lahan. Mereka memperkenalkan IM dan tugas IM kepada mitra langsung (siswa, guru, kepsek dan orang tua siswa) dan stakeholder di daerah, mulai dari tingkat sekolah, desa, kecamatan hingga kabupaten bahkan propinsi. Dalam tahap ini mereka seolah-olah sedang menunjukkan diri, "inilah kami" agar mitra langsung dan stakeholder berkenan menerima kehadiran mereka. Selesai setahun bertugas, PM angkatan pertama kemudian digantikan oleh PM angkatan ke-2. Pada tahan ini, PM bertugas menemukan local champion yang bisa diajak untuk bersama-sama membangun daerah mereka, terkhusus di bidang pendidikan. Pada PM angkatan ke-3, tugasnya masih hampir sama dengan angkatan ke-2. Sedikit perbedaannya, PM angkatan ke-3 lebih banyak menggali inisiatif local champion. Juga, mulai diwacanakan bahwa IM tidak akan selamanya mengirim PM ke daerah tersebut sehingga masyarakat harus menyiapkan diri ketika nanti PM sudah tidak ada. Selanjutnya, PM angkatan ke-4 mulai masif membuat program yang sustainable. Pada angkatan terakhir (ke-5), stakeholder sudah siap untuk berkembang secara mandiri sehingga apa yang kami sebut sebagai "kondisi akhir terbaik" dapat kita petik bersama.

Jika melihat rancangan terarah itu, sepertinya sangat ideal. Kami tentu saja ingin semua itu berjalan sebagaimana yang kami impikan. Akan tetapi, kondisi di lapangan yang tidak seragam dan sangat dinamis bisa saja membuat semua rencana itu tidak mengalir lancar. Meskipun demikian, kami percaya bahwa jika kami bekerja sungguh-sungguh pasti tetap akan ada hasilnya. Oleh sebab itu, setiap PM harus mengukur sejauh mana hasil kerja mereka di daerah. Capaian dambaan mana saja yang sudah bisa dilewati dan mana saja yang masih harus diteruskan oleh PM penggantinya. Borang-borang laporan pun diisi, berbagai indikasi kemajuan pun dianalisis sehingga pada tahap akhir dihasilkanlah the most significant change. Cerita-cerita perubahan itu terus dikumpulan agar kami bisa menilai apakah kondisi akhir terbaik yang kami cita-citakan itu sudah terwujud atau belum.

Ibarat anak tangga di sebuah gedung, kondisi akhir terbaik yang kami maksudkan itu kami posisikan di lantai 2. Sebagai titik awal adalah lantai satu dengan lima buah anak tangga menuju lantai 2. Setelah lantai 2, apakah masih ada lantai-lantai selanjutnya? Tentu! Di perjalanan menuju lantai-lantai yang lebih atas itulah para mitra langsung (siswa, guru, kepala sekolah, orang tua) dan stakeholder harus berjalan mandiri. Itulah yang kami mimpikan.

Setelah melewati pengalaman setahun menjadi PM angkatan ke-2 di Bima, saya mendapat banyak pelajaran berharga. Sebagai PM angkatan ke-2 saya di awal bertugas, membuat perencanaan kondisi akhir terbaik apa yang ingin saya capai. Jika rencana itu tidak terlaksana baik, maka dampaknya akan berpengaruh kurang baik terhadap beban kerja angkatan pengganti saya. Ya, hal ini karena pada dasarnya pekerjaan kami adalah pekerjaan estafet, sambung-menyambung dalam satu garis lurus. Maka, walaupun semangat, kreatifitas dan kondisi batin kadang tidak menentu, untungnya saya tetap bekerja sebaik yang saya bisa. Tentu saja, kekurangan masih tetap ada di sana sini yang kemudian disempurnakan oleh Diah, PM penerus saya. Masa tugas Diah pun sudah selesai dan saat ini Riri, PM angkatan ke-4 sedang sangat bersemangat bertugas. Semoga, Allah memberkahi usaha kami ini sehingga kondisi akhir terbaik bisa segera terwujud.
Ketika mengingat kembali tentang konsep "kondisi akhir terbaik ini", saya kemudian mengasosiasikannya pada kehidupan manusia secara utuh. Bahwa setiap anak tangga yang harus dilalui menuju kondisi akhir terbaik itu mewakili fase kehidupan yang harus dialami manusia. Seseorang yang belum mendapat pencapain terbaik di sebuah anak tangga, maka ia belum akan bisa naik ke tangga di atasnya. Atau dengan kata lain, jika belum mencapai kondisi akhir terbaik di anak tangga pertama, ia belum layak untuk naik ke anak tangga ke-2. Begitu seterusnya.

Sebagai contoh nyata, seorang perempuan muda dan single yang belum sampai pada kondisi akhir terbaiknya, maka ia belum layak untuk menikah. Jadi, untuk bisa menjadi layak menikah, si perempuan muda itu harus dengan segala daya upaya memperbaiki diri untuk mencapai kondisi akhir terbaiknya sebagai perempuan muda. Baru kemudian ia layak menikah.
*Eaaa, ujung-ujungnya ngomongin tentang nikah juga:-D 
 

Tidak ada komentar: