Serui, sebuah daerah pesisir di Papua tempat seorang pemuda bernama Hans (Jimmy Kobogau) tumbuh dan menemukan mimpinya sebagai pesepak bola. Suatu ketika, datanglah seseorang dari Jakarta yang menjanjikan karir sepak bola yang cemerlang untuk Hans. Berangkatlah Hans ke Ibukota untuk mewujudkan mimpinya.
Malangnya, di Jakarta Hans mengalami patah tulang kaki dan klub sepak bola tempat ia bernaung tidak mau bertanggung jawab sehingga Hans harus menggelandang di jalanan. Suatu hari, bertemulah putra Papua ini dengan Mak (Dewi Irawan) yang kemudian menawarinya untuk bekerja di warung masakan Padang milik Mak. Dari kebaikan Mak inilah Hans menemukan makna perjalanan hidupnya selama ini.
Film yang disutradarai oleh Adriyanto Dewo ini sepintas terkesan sangat sederhana. Lokasi pengambilan gambarnya dominan di dapur, pasar dan jalanan antara warung Mak menuju pasar. Adegannya juga hanya seputar masak-memasak. Sangat biasa, tidak ada suatu yang sangat "wah".
Namun, dari yang biasa ini penonton diajak untuk mengambil makna. Kebaikan yang sepele, seperti yang diberikan Mak pada Hans ternyata bisa mengubah hidup si anak Papua ini.
Sesuai tema utama film ini yaitu tentang makanan dan masakan, Sheilla Timothy sebagai produser ingin menyampaikan pesan bahwa masakan bisa menjadi media untuk menyatukan orang dari suku yang berlainan. Masakan juga bisa dijadikan sarana oleh seseorang untuk melanjutkan kehidupan. Ini jelas sekali tergambar dari latar belakang Mak yang memutuskan merantau ke Jawa untuk membuat usaha warung masakan Padang setelah rumahnya luluh lantah dan anak lelaki serta suaminya meninggal akibat gempa besar di Padang tahun 2009.
Judul "Tabula Rasa" sebenarnya tidak ada hubungannya dengan makanan atau masakan. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, frasa ini mengandung makna: teori yang menyatakan bahwa setiap individu dilahirkan dengan jiwa yang putih bersih dan suci (yang akan menjadikan anak itu baik atau buruk adalah lingkungannya). Sedangkan lingkungan niscaya akan terus berubah seiring dengan perjalanan waktu. Jadi, frasa "tabula rasa" inilah yang menghubungkan antara masakan dengan perjalanan hidup. Melalui masakan, Hans bisa menemukan makna perjalanan hidupnya. Melaui masakan pula, Mak melanjutkan hidup dan berdamai dengan duka masa lalunya.
Terakhir, saya berpesan bagi yang belum menonton film ini, jangan lupa pastikan perut Anda dalam keadaan kenyang sesaat sebelum menonton film ini. Jika tidak, saya tidak tau apa yang akan terjadi nanti. :-D
sumber gambar : http://www.jawapos.com/baca/artikel/5977/Tabula-Rasa-Kisah-Filosofi-Makanan |
4 komentar:
Alur ceritanya biasa tapi sepertinya ide masakan itu yang menarik
Iya, menarik banget Fen.. Dan kayaknya film Indonesia yang tentang masakan ya baru ada satu ini tok. Ini yang bikin menarik.
Ditaa, aku baru bacaaa.. Yes, good job ! Aku sudah dapat gambaran lebih lengkap meskipun telat, hehe...
Thanks ditaa, sudah mengabulkan request nyaa ;))
Syama-syama ya Viviiii.. Ayo kapan kita nonton lagi! hehe
Posting Komentar