Translate

Minggu, 11 Oktober 2015

Empati

Pukul sembilan lewat beberapa menit. Semilir angin malam menyusup dari balik jendela. Angin yang membuat suasana malam ini begitu damai.

Saya menyalakan laptop dan membuka laman beberapa media online. Tiba-tiba kedamaian saya terusik dengan berita-berita seputaran bencana asap dan krisis Suriah. Apakah mereka yang di Riau, Kalimantan dan Suriah merasakan kedamaian yang saya rasakan?

Saya bisa menghirup udara dengan bebas dan tanpa gangguan. Tapi, ternyata ada anak-anak di Riau sana kesulitan untuk sekedar bernafas. Saya punya kasur yang empuk tempat istirahat saya setiap malam, tapi ternyata di belahan bumi lain sana, di Suriah, ribuan anak tengah meringkuk kedinginan di pinggir jalan. Mata mereka mungkin terlelap, tapi alam bawah sadar mereka mungkin dipenuhi peristiwa menyedihkan ketika anggota keluarga mereka dibunuh di depan mereka atau ketika tempat tinggal mereka luluh lantah oleh misil yang dijatuhkan oleh penguasa mereka sendiri. 

Saya tidak bisa membayangkan jika tiba-tiba saya harus bertukar takdir dengan mereka. Tapi, bisa jadi suatu saat nanti saya akan mengalami semua itu. Bukankah takdir itu dipergilirkan? Bencana alam, konflik sosial, perang bisa terjadi dimana saja, menimpa bangsa apa saja. 

Memikirkan semua ini saya seperti sedang dihadapkan pada sebuah cermin. Segala masalah yang pernah saya alami tiba-tiba menjelma menjadi bayangan yang amat kecil. 

Saya kemudian juga merasa sedang diingatkan untuk tidak berlebihan dalam hidup. Tidak pantas bagi saya untuk membeli makanan yang sangat mahal sementara banyak orang yang tak bisa makan meskipun sehari sekali. Tidak pantas bagi saya menyimpan banyak uang sementara ribuan anak tak bisa sekolah karena kesulitan ekonomi. Tak pantas bagi saya untuk malas bangun malam sementara para mujadin di Suriah sana bahkan harus mengerjakan sholat di tengah hujan peluru dan bahan peledak. 

Dengan menghindari hal-hal yang tidak pantas itu, saya setidaknya sedang menguatkan hati untuk belajar berempati. Rasa empati yang Rasulullah selalu contohkan pada kita sebagaimana yang terterang dalam Q.S At-Taubah : 128 "Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman."

Tidak ada komentar: