Translate

Sabtu, 11 Februari 2017

Surat Cinta untuk Suamiku

Untuk yang tercinta, yang terkasih, suamiku tersayang

Setelah tugas pertama dan ke-2 di Kelas Matrikulasi IIP aku tuntaskan, sekarang aku mendapat tugas baru yang membuat hatiku berdebar-debar, Mas. Bagaimana tidak, semua peserta diminta untuk membuat surat cinta untuk suami masing-masing. Sekali lagi Mas, surat cinta! 

Mas tau betul bahwa keikutsertaanku dalam kelas ini tak lain tak bukan, hanya karena ingin belajar menjadi individu, istri sekaligus ibu yang lebih baik. Maka, mengerjakan semua tugas yang diberikan di kelas matrikulasi adalah salah satu ikhtiar untuk mewujudkan mimpiku itu. 

Jujur, aku sangat bahagia karena Mas selalu mendukungku untuk belajar menjadi lebih baik. Tanpa dukungan Mas, tentu aku tidak akan belajar sesemangat ini. Doakan semoga aku istiqomah ya Mas!

Maka, ketika tugas membuat surat cinta itu datang, tak sabar aku ingin segera duduk manis di depan laptop, merangkai kalimat-kalimat indah untuk Mas, lelaki terbaik yang Allah kirimkan menjadi penggenap agamaku. Sudah siap membaca kata demi katanya, Mas? 

Bulan ini usia pernikahan kita memasuki bulan ke-7. Kondisi kita yang masih harus tinggal berjauhan ternyata tidak mudah ku jalani, Mas. Tapi puji syukur, Allah masih membukakan mataku bahwa banyak hikmah yang bisa kita ambil dari kondisi ini. Hal yang sederhana misalnya, tiap sebulan sekali kita bertemu, aku merasakan seperti pengantin baru terus. Rasanya, cintaku pada Mas selalu diperbarui setiap sebulan sekali itu, ibarat gadget yang terus diperbaharui ke versi yang semakin bagus, hehe. Apakah Mas merasakan hal yang sama?

Aku bersyukur mendapatkan suami yang begitu sabar seperti Mas, terlebih saat masa-masa kehamilanku ini. Ketika tengah malam aku tiba-tiba terbangun dan sulit tidur lagi misalnya, Mas selalu bersedia aku telepon dan mendengarkan curhatanku sampai rasa kantuk menghampiriku. Lalu, ketika Mas pulang ke Jakarta dan aku tak bisa menyiapkan makanan untuk Mas karena kondisiku yang melemah saat kehamilanku masih trimester pertama, Mas tak menuntut harus aku yang menyiapkannya. Justru Mas yang menyiapkan makanan untuk kita. 

Aku juga sangat bersyukur karena Mas adalah tipe orang yang sangat rapih dalam merencanakan sesuatu, terutama merencanakan masa depan kita. Mas bukan hanya seorang konseptor yang baik, melainkan juga orang yang pandai mewujudkan konsep tersebut. Misalnya untuk mempersiapkan kepindahanku menyusul Mas ke tanah Borneo, Mas begitu sigap menyiapkan semuanya, dari merenovasi rumah, menyiapkan bisnis untukku, hingga memberiku ruang untuk menata hati dan menyiapkan ilmu yang diperlukan. 

Bagiku, Mas adalah suami sekaligus coach. Dengan hati-hati Mas membantuku menemukan potensiku sehingga aku menjadi orang yang lebih percaya diri berkarya melalui potensi yang aku miliki. Mas melihat bahwa aku bisa menjadi pengajar yang baik, makanya Mas menyarankanku untuk menjadi ibu rumah tangga yang langsung mendidik anak-anak kita kelak. Jika memang aktivitas di rumah masih bisa kita siasati bersama, Mas mengizinkanku untuk bisa mengajar di ranah publik dalam waktu yang tidak seharian penuh. 

Untuk di lingkungan kemasyarakatan, saat ini aku memang belum bisa berkarya nyata. Aktivitasku sebagai pekerja kantoran dari pagi hingga sore membuatku memiliki keterbatasan waktu untuk bersosialisasi dengan masyarakat dimana saat ini aku tinggal. Aku memang belum bisa melakukan banyak hal. Namun, bisa mengajak teman-teman kantorku untuk menghadiri kajian rutin di Masjid Al-Azhar, Istiqlal, BI dan AQL adalah hal sederhana yang wajib aku syukuri. 

Lebih dari 3 tahun hidup indekos di Jakarta dengan lingkungan yang sangat individualis membuatku kurang percaya diri ketika nanti memasuki kehidupan bermasyarakat. Tapi, Mas selalu meyakinkanku bahwa aku bisa. Bahwa ilmuku yang selama ini aku pelajari suatu saat akan bermanfaat untuk orang-orang di sekitar tempat tinggal kita nanti. Bahwa ketakutanku menghadapi profesi ibu rumah tangga yang tidak lagi bekerja kantoran bisa diatasi dengan karya nyata untuk masyarakat sekitar. Terlebih, tempat tinggal kita nanti masih di daerah pedesaan yang insyaAllah akan membuatku bisa memberi manfaat.

Ternyata sudah panjang sekali surat ya Mas. Terima kasih untuk semua yang sudah Mas berikan untuk keluarga kecil kita. Semoga Allah memberkahi dan merahmati keluarga kita sehingga nanti di surga kita bisa berkumpul kembali. Aamiiin.

Dari yang mencintaimu, istrimu di seberang pulau.

Tidak ada komentar: